Khazanah

Mengenal Al-Quran Biru, Mushaf Peradaban Islam

Lukni Maulana
×

Mengenal Al-Quran Biru, Mushaf Peradaban Islam

Sebarkan artikel ini
al-quran biru
Al-Quran Biru/Foto: https://agakhanmuseum.org

Naskah Al-Quran Biru ditulis pada penghujung abad ke-9 hingga awal abad ke-10 pada masa Kekhalifahan Fatimiyah Tunisia, Maroko.

BARISAN.CO – Al-Quran biru atau Al-Mushaf al-‘Azraq merupakan naskah Al-Quran yang terkenal dalam khazanah peradaban Islam. Al-Mushaf al-‘Azraq adalah salah satu contoh dokumen peradaban dari naskah Al-Quran yang masih bertahan hingga saat ini.

Naskah ini ditulis pada penghujung abad ke-9 hingga awal abad ke-10 pada masa Kekhalifahan Fatimiyah Tunisia, Maroko.

Dinamakan al-Quran biru karena keunikan dari naskah tersebut yakni ditulis pada kertas biru dan tinta yang digunakan untuk menulis menggunakan emas. Memiliki gaya khas kaligrafi islam menggunakan gaya khat Khufi.

Naskah Al-Quran Biru menarik perhatian banyak peneliti dan pecinta seni Islam karena keindahan dan kompleksitas kaligrafinya. Ornamentasi halaman-halaman Al-Quran Biru menampilkan motif-motif geometris dan tanaman yang menghiasi teks dengan elegansi yang mengesankan.

Selain aspek estetika, Al-Quran Biru juga memiliki nilai historis dan ilmiah yang besar. Naskah ini memberikan wawasan mendalam tentang praktik tulisan Al-Quran pada masa itu, termasuk penggunaan bahan, teknik penulisan, dan gaya kaligrafi yang digunakan.

Selain itu, keberadaan Al-Quran Biru juga menunjukkan pentingnya dokumentasi naskah sebagai pusat intelektual dan budaya Islam pada masa periode tersebut.

Dengan keunikan dan keindahan seninya, serta nilai sejarahnya, Al-Quran Biru terus menjadi objek kajian dan pameran di berbagai museum dan lembaga budaya di seluruh dunia.

Kehadirannya mengingatkan kita akan kekayaan warisan seni dan intelektual dari dunia Islam yang patut dijaga dan diapresiasi oleh generasi-generasi mendatang.

Jonathan M. Bloom dalam artikelnya yang berjudul Two Folios, From A Manuscript Known As The “Blue Qur’an” yang dikutip dari agakhanmuseum.org menjelaskan bahwa Al-Quran biru adalah salah satu manuskrip Al-Qur’an yang paling khas.

Menurutnya kemungkinan besar naskah al-Quran biru tersebut diproduksi di sana pada abad ke-10. Tanggal produksinya kemungkinan besar sebelum tahun 970, ketika khalifah Fatimiyah memindahkan ibu kotanya ke Kairo, Mesir.

Saat ini naskah asli tersimpa dalam kotak kayu gaharu yang terdiri dari tujuh jilid yang masing-masing berisi sekitar 90 halaman perkamen.

Kombinasi indah tulisan emas pada halaman berwarna biru tua telah menimbulkan banyak spekulasi tentang kemungkinan signifikansi dan maknanya. Beberapa ulama berpendapat bahwa itu melambangkan kemenangan mistik al-Quran atass kegelapan, sementara yang lain melihatnya hanya sebagai barang mewah.

Kombinasi emas dan biru tua ditemukan secara alami pada lapis lazuli langka yang ditambang di Afghanistan, dan dihargai sejak dahulu kala, digunakan dalam seni mewah Mesopotamia kuno, Mesir, Yunani, Roma, Byzantium, dan negeri Islam.

Ada kemungkinan bahwa pembuatan manuskrip ini terinspirasi oleh pemberian kaisar Bizantium kepada penguasa Fatimiyah berupa manuskrip kekaisaran yang ditulis dengan emas dan perak di atas perkamen berwarna.

“Akan tetapi, kecil kemungkinannya bahwa warna tersebut memiliki makna religius yang besar (selain teksnya sendiri), karena banyak ulama yang tidak menyetujui penyalinan Al-Qur’an dengan warna emas, dan warna biru (azraq),” terang Jonathan M. Bloom.