Scroll untuk baca artikel
Blog

Mengenal Kerbau Bule Kyai Slamet dan Persiapannya Jelang Perayaan 1 Suro

Redaksi
×

Mengenal Kerbau Bule Kyai Slamet dan Persiapannya Jelang Perayaan 1 Suro

Sebarkan artikel ini

Menurut Kepala Sasono Pustoko Keraton Surakarta Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, kirab pusaka dan kerbau sebenarnya berakar pada tradisi sebelum munculnya Kerajaan Mataram (Islam), pada prosesi ritual wilujengan nagari.

Pusaka dan kerbau merupakan simbol keselamatan. Pada awal masa Kerajaan Mataram, pusaka dan kerbau yang sama-sama dinamai Kyai Slamet, hanya dikeluarkan dalam kondisi darurat. Seperti saat pageblug (wabah penyakit) dan bencana alam.

“Pusaka dan kerbau ini diharapkan memberi kekuatan kepada masyarakat. Dengan ritual kirab, Tuhan akan memberi keselamatan dan kekuatan, seperti halnya Ia memberi kekuatan kepada pusaka yang dipercaya masyarakat Jawa memiliki kekuatan,” ungkapnya.

Kerbau Bule dan Wabah PMK

Ada kabar kurang sedap jelang perayaan 1 Suro tahun ini. Putra Mahkota Keraton Surakarta KGPH Purboyo mengatakan, ada tujuh kerbau bule yang terpapar PMK. Keraton Surakarta memisahkan kerbau bule kyai Slamet yang sakit dan yang tidak sakit.

“Kebo bule yang terpapar berangsur pulih. Kondisinya sehat tidak mengalami kendala saat dikeluarkan dari kandangnya,” ucap dia.

Pihak Keraton pun memastikan kondisi kerbau bule yang terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) berangsur membaik. Dengan kondisi ini, tujuh kerbau keturunan kyai Slamet bisa mengikuti kirab 1 Suro pada 29 Juli mendatang.

Menurut Purboyo , persiapan kirab 1 Suro terus dilakukan di antaranya dengan menyebarkan undangan. Wali Kota Solo Gibra Rakabuming salah satu pejabat yang mendapatkan undangan untuk acara kirab malam 1 Suro.

“Semoga kirab 1 Suro berjalan lancar. Kami sudah dibantu terkait peralatan kerbaunya. Semoga yang sakit cepat pulih dan bisa dikeluarkan pada malam 1 Sura,” kata Purboyo di Balai Kota, Selasa (26/7/2022). [rif]