Scroll untuk baca artikel
Kolom

Menghidupkan Kampung Balekambang Kramat Jati

Redaksi
×

Menghidupkan Kampung Balekambang Kramat Jati

Sebarkan artikel ini

Hilangkan atau kurangi vulnerability baik fisik maupun non fisik, lalu angkat dan hidupkan potensinya. Begitulah konsep Kampung Regeneration.

Ternyata membangun, menghidupkan kampung seperti itu tidaklah mudah pada masyarakat yang tidak ada dorongan kuat untuk merubahnya.

Hal ini karena pada dasarnya mereka cenderung mapan dan tidak mau berubah. Atau karena tidak adanya organisasi sosial yang cukup kuat maka keputusan bersama sulit terjadi.

Kamis, 2 Januari 2020, hujan tidak juga reda sejak senja menutupi matahari di akhir tahun, Bendung Katulampa meluap-luap, data BMKG, curah hujan pada 31 Desember 2019 sampai 1 Januari 2020 masuk kategori ekstrem, yakni lebih dari 150 mm per hari.

Beberapa tempat di Jakarta tergenang dan kami menyalurkan bantuan dan sambil belajar melakukan rescue, maklum saja karena pasukan tanggap bencana belum genap sebulan kita dirikan, seragamnya pun masih bau pasar Tanah Abang.

Pantaslah jika kami agak kedodoran. Group WA BAZNAS (BAZIS) TANGGAP BENCANA (BTB) berdering dering , 8 rumah di Balekambang Kramat Jati Jakarta Timur rusak diterjang banjir karena luapan kali Ciliwung. Kami segera meluncurkan team untuk melakukan asesmen.

Bencana ini justru menjadi momentum untuk program Bebenah Kawasan yang telah di canangkan. Karena situasi bencana dan kehancuran pada areal tersebut memudahkan untuk membuat kesepakatan kesepakatan komunitas.

Setelah legalitas dinyatakan bersih dan pemimpin wilayah (Walikota/Bupati) setuju lalu team kami lebih jauh menilai kelayakan kampung Balekambang tersebut menerima program.

Asesmennya cukup mendalam dan seringkali justru lebih tidak bersifat fisik mulai ada atau tidaknya pemimpin formal atau informal, kondisi sosial dan ekonomi, vulnerability atau hambatan-hambatan baik secara fisik maupun non fisik pada kampung tersebut. Apakah yang menghambat adalah faktor luapan sungai, kohesifitas sosial masyarakat, dll.

Kemudian team mencari potensi potensi kampung yang bisa di tumbuh kembangkan.

Lalu seminggu kemudian kami mendesain hard infrastruktur dan soft infrastruktur yang di perlukan. Sesuai gambar kasar kampung yang akan dibangun.

Dengan desain yang tersajikan tersebut kelemahan kelemahan kampung tadi dapat di tutupi dan kekuatan kampung dapat di hidupkan. Hasilnya kemudian kami presentasi kan kepada masyarakat.

Biasanya mereka akan memberikan masukan-masukan atau bahkan keberatan umpan balik ini menjadi partisipasi masyarakat untuk perbaikan desain hingga kesepakatan dibuat dan seluruh stakeholder  menjadikan desain tersebut tujuan bersama (partisipatory design).