Kesehatan

Mengonsumsi Aspirin Berisiko Gagal Jantung

Anatasia Wahyudi
×

Mengonsumsi Aspirin Berisiko Gagal Jantung

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi: iStockphoto.

BARISAN.CO – Aspirin menjadi obat pereda nyeri yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat. Mudah sekali mendapatkannya di pasaran, dan orang-orang mengandalkannya saat mengalami sakit kepala, sakit gigi, hingga demam.

Akan tetapi, sebuah studi terbaru dari European Society of Cardiology menemukan obat jenis itu dapat meningkatkan risiko gagal jantung. Risiko makin tinggi apabila ada minimal satu indikator tidak sehat pada seseorang seperti kebiasaan merokok, kegemukan, tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit kardiovaskular.

Pengobatan dengan aspirin terkenal memiliki riwayat medis yang rumit. Beberapa penelitian menemukan mengonsumsinya secara teratur dapat melindungi penyakit kanker dan Covid-19. Sementara penelitian lainnya menunjukkan mengonsumsi obat ini tidak menunjukkan kondisi pasien membaik, malah semakin memburuk.

Dr. Blerim Mujaj dari University of Freinburg, penulis penelitian ini, mengatakan studinya menjadi yang pertama melaporkan akibat penggunaan aspirin di antara individu dengan setidaknya satu faktor risiko gagal jantung.

“Mereka yang mengonsumsi aspirin lebih memungkinkan untuk mengembangkan risiko yang ada daripada yang tidak mengonsumsinya,” kata Blerim.

Blerim melanjutkan temuannya itu memerlukan penelitian lanjutan adanya hubungan potensial antara aspirin dan gagal jantung.

Usia 40++ Berisiko Lebih Serius

Dalam penelitian terhadap 31.000 orang yang berisiko gagal jantung jika menggunakan aspirin peluangnya meningkat sebesar 26 persen untuk didiagnosis gagal jantung. Para peneliti mendefiniskan berisiko sebagai orang-orang dengan kondisi yang telah ada sebelumnya.

Pada awal eksperimen, semua peserta berusia 40 tahun ke atas dan bebas dari gagal jantung. Kemudian, tim memisahkan menjadi dua kelompok yaitu pengguna dan non pengguna aspirin.  

Dengan memperhitungkan faktor-faktor risiko, seperti jenis kelamin, berat badan, usia, penggunaan alkohol atau obat-obatan, tim menyimpulkan obat ini secara independen berkontribusi meningkatkan risiko gagal jantung pada lebih dari seperempat peserta yang telah memiliki masalah kesehatan sebelumnya.

Setidaknya dari 7.968 peserta menggunakan aspirin dengan memiliki masalah kesehatan, sekitar 1.330 orang mengalami gagal jantung selama 5,3 tahun ke depan.

Guna mengonfirmasi hasil, penulis penelitian membandingkan antara pengguna dan non-pengguna aspirin. Tim juga memeriksa 74 persen kelompok studi yang bebas dari penyakit kardiovakskular (22.690 orang) dan menemukan penggunaan aspirin juga meningkatkan risiko gagal jantung peserta. Artinya, meski tergolong sehat, konsumsi aspirin juga dapat berisiko gagal jantung.

Blerim menyebut perlu adanya sampling acak untuk memverifikasinya. Ia menambahkan sampai saat itu, pengamatannya itu menunjukkan bahwa obat ini harus diresepkan dengan hati-hati bagi mereka yang mengalami gagal jantung ataupun dengan faktor risiko kondisi tersebut.