BARISAN.CO – Indonesia menghasilkan sampah yang sangat banyak tiap tahunnya. Pada tahun 2021 memang terjadi penurunan menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), namun tidak dipastikan akan terus berlanjut. KLHK melaporkan sampah yang dihasilkan beberapa tahun terakhir: 29,14 juta ton (2019), 32,82 juta ton (2020), dan 21,88 juta ton (2021).
Berdasarkan wilayahnya, Jawa Tengah menjadi provinsi dengan sampah terbesar di Indonesia pada 2021, yakni 3,65 juta ton. Posisinya disusul oleh Jawa Timur dengan sampah sebanyak 2,64 juta ton. DKI Jakarta berada di posisi ketiga lantaran menyumbang 2,59 juta ton sampah. Kemudian, sampah yang dihasilkan di Jawa Barat sebanyak 2,11 juta ton.
Menurut jenisnya, sampah secara umum terdiri dari lima kategori. Pertama, limbah cair yang meliputi air kotor, air cucian, cairan organik, limbah detergen, minyak jelantah, dan masih banyak lainnya. Kedua, limbah padat seperti kaleng, koran, dan kemasan. Ketiga, sampah organik seperti sisa makanan, sampah kebun, dan sebagainya. Keempat, sampah yang dapat didaur ulang seperti kertas dan furnitur. Kelima, limbah berbahaya yang beracun, mudah terbakar, korosif, atau reaktif. Jenis yang terakhir berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Mayoritas rumah tangga menghasilkan semua jenis limbah tersebut. Padahal, rumah tangga di Indonesia menyumbang hingga 42,23 persen pada tahun 2021. Limbah rumah tangga berasal dari berbagai aktivitas sehari-hari, seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan perabotan, dan lain sebagainya.
Pada saat bersamaan, banyak rumah tangga yang kurang mengetahui ataupun kurang menyadari ragam dan bahaya limbah sampah bagi lingkungan hidup. Sebagian orang terbiasa membuang sembarangan. Contoh sederhana berupa minyak jelantah atau minyak sisa yang dibuang ke saluran pembuangan atau ke tanah.
Dari perspektif tiap rumah tangga terasa hanya sedikit, namun jika ditotalkan menjadi sangat banyak. Padahal, satu liter minyak jelantah bisa mencemari satu juta liter air. Begitu juga jika minyak itu tidak diproses, maka senyawa beracun berbahaya dilepaskan sehingga atmosfer rusak, dan mencemari udara.
Arti pentingnya pengelolaan sampah tak luput dari perhatian Bank Dunia, sehingga menjadi sebagai topik laporannya. Bank Dunia mengatakan jika tidak dilakukan secara benar membahayakan kesehatan, lingkungan, dan tingkat kemakmuran. Diingatkan pula berbagai akibat buruk seperti: mencemari laut, menyumbat saluran air, menyebabkan banjir, menularkan penyakit, meningkatkan masalah pernapasan, berdampak pada kualitas hewan yang dikonsumsi, dan menghambat pembangunan ekonomi.
Laporan berjudul, “What a Waste 2.0: Global Snapsot of Solid Waste Management to 2050” menyebutkan beberapa faktor yang akan terus berpengaruh beberapa dekade mendatang. Diantaranya adalah urbanisasi, pertumbuhan penduduk, dan pembangunan ekonomi.
Dilaporkan pula bahwa di negara-negara berpenghasilan rendah, lebih dari 90 persen limbah tidak dikelola dengan baik, atau dibuang dan dibakar secara terbuka. Salah satu jenis sampah yang perlu mendapat perhatian sangat serius dan ditangani segera adalah sampah plastik.
Mengingat betapa berbahayanya sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik tersebut, portal Barisan.co berencana turut mengedukasi masyarakat dengan dua narasumber yang kompeten dibidangnya, yaitu ahli Kimia dan dosen Universitas Pendidikan Fitri Khoerunnisa Ph.D serta Muhammad Chozin Amirullah, M.Sc., selaku Ketua Turun Tangan dan pelaku pilah sampah rumah tangga melalui acara Mimbar Virtual: Bahaya Limbah dari Rumah Tangga.