Meski, Merck menunjukkan obatnya itu tidak mutagenik pada hewan, Ron meragukannya. Dalam pandangannya, Ron menyatakan tes dalam penelitian hewan oleh Merck tidak mungkin dapat menentukan apa saja yang mungkin bisa terjadi pada DNA mamalia beberapa tahun kemudian setelah pemberian obat pada pertama kali.
Merck pada akhirnya juga mengakui adanya potensi obat mutagenik dalam studi fase III. Peserta dalam uji coba tidak boleh hamil atau menyusui. Mereka yang berpotensi melahirkan juga tidak boleh melakukan hubungan seks atau menggunakan kontrasepsi selama 28 hari sejak menjadi bagian penelitian. Individu yang ikut bagian dari penelitian juga harus menahan diri untuk tidak menyumbangkan spermanya.
“Dalam janin, setiap sel membelah. Jadi, setiap sel ini berpotensi mutasi. Itu menjadi waktu terburuk dari semua kemungkinan (untuk menggunakan obat mutagenik),” lanjut Ron.
Ron menganjurkan perlunya studi longitudinal yang berkelanjutan agar dapat melihat efek jangka panjang bagi penerima obat tersebut. Ia juga merekomendasikan untuk membatasi penggunaan obat. Itu berarti hanya untuk individu yang bergejala berat dan komorbid saja.
Sebab, menurut Ron, jika diberikan pada individu yang berisiko rendah atau tidak memiliki komorbid, akan sulit mengukur implikasi keamanan jangka panjangnya lebih jelas. [rif]