“Waalaikum salam, biarkan ia masuk ke masjid,” jawabnya.
Setelah orang itu dipertemukan, mereka duduk bersila saling berhadapan di bagian pinggir ruang belakang masjid. Orang itu adalah seorang utusan.
“Assalamualaikum, Pak Ahmad. Maaf saya seorang utusan dari orang yang tidak mau disebutkan. Beliau mengucapkan terimakasih banyak atas bantuan bapak yang membantu kesembuhan beliau. Dan berniat memberikan sedekah amal jariyah bagi masjid ini. Tetapi maaf, beliau tidak bisa menyampaikannya secara langsung karena Bapak akan mengira ini adalah uang haram. Dan beliau menekankan bahwa uang ini adalah halal dari warisan ayahnya yang disimpan. Maka, mohon Bapak terima, ” kata orang itu.
“Waalaikum salam, Saudaraku. Sampaikan kepada beliau bahwa kami menerimanya dengan tangan terbuka serta rasa syukur untuk pembangunan masjid ini. Dan juga kami akan doakan untuk beliau entah siapapun itu agar amal ibadahnya diterima Alloh, serta diberikan hidayah yang banyak bagi beliau, amiiin,” ujar Pak Ahmad.
Setelah mengucapkan salam, orang itu berlalu pergi. Sedangkan Pak Ahmad dan Jalil sama sekali tak mempermasalahkan siapa orang yang banyak memberi sedekah itu. Sebuah cek sebesar seratus juta rupiah!
“Sungguh orang yang mulia,” ujar Jalil terpana melihat sebuah kertas bernilai itu.
Di balik rerimbunan tanaman depan masjid, seseorang merasa lega menyaksikan percakapan itu. Beserta air mata haru, orang tersebut mengucapkan syukur dan melangkah kembali pulang menuju rumahnya yang juga adalah sebuah tempat hiburan karaoke. [Luk]

Agung Wibowo; Penyair tinggal di Semarang, menulis puisi dan cerpen. Buku kumpulan puisi tunggalnya berjudul “Jalan Cinta.