BARISAN.CO – “Kante (adalah) pemain yang mempunyai baterai cadangan di balik jerseynya,” kelakar Claudio Ranieri dalam tulisan ‘We Do Not Dream‘, dikutip dari Player’s Tribune. Pemain satu itu memang tampak hampir tak pernah berhenti berlari sejak menginjakkan kaki di lapangan. Sepanjang 90 menit, ia akan terus berlari tanpa kenal lelah.
Pernah dalam suatu latihan, Ranieri gemas melihat polah Kante itu. Ranieri yang saat itu berstatus sebagai pelatih Kante di Leicester City, memintanya untuk tak banyak berlari mengejar bola. Sebab, ia ingin Kante menyimpan banyak tenaganya untuk disiapkan pada saat pertandingan sesungguhnya. Awalnya, Kante mengangguk mengiyakan. Namun, itu hanya berselang semenit saja. Lagi-lagi, Kante berlari terus mengejar bola.
Kante dan Senyumnya
Sebagai pesepakbola, Kante tak hanya dikenal karena permainannya yang apik, tapi juga dengan kepribadiannya yang unik. Dalam setiap kesempatan, dia tak pernah pelit apalagi pilih-pilih memberi senyum. Karenanya, tak hanya dielu-elukan oleh penggemarnya, tapi siapapun juga rasanya sulit untuk membencinya.
Pernah dalam suatu latihan bersama Timnas Prancis, Kante nyaris dihukum lantaran terlambat datang latihan. Kante yang masuk ke dalam skuat untuk gelaran Piala Dunia 2018 dipanggil ke markas Timnas Prancis di Clairefontaine untuk latihan intensif. Ia yang berstatus sebagai pemain Chelsea berangkat dari London menggunakan kereta.
Nahasnya, kereta yang dikendarainya itu malah delay. Maka, dia yang terlambat datang latihan mestinya menerima hukuman layaknya pemain lain, seperti teguran, atau yang lebih parah dipulangkan ke klub.
Untungnya, hukuman itu tidak berlaku untuknya. Berkat senyumnya yang polos, ia yang meluluhkan hati Deschamps, pelatih Timnas Prancis, yang tak sampai hati untuk menghukumnya. Sebaliknya, dia dan dua stafnya malah memeluk Kante lantaran kasihan padanya. Tiba-tiba, candaan Deschamps mencairkan suasana, “Kenapa kamu(Kante) tidak lari saja? Kamu kan lebih cepat dari kereta,” katanya sambil tertawa.
Di klubnya, Chelsea, Thomas Tuchel, sang pelatih pun menaruh respek pada Kante atas sikapnya yang murah senyum itu. Tampak kontras memang Kante yang begitu percaya diri dan ngotot saat bertanding dengan sikapnya di luar lapangan yang pemalu, sopan, dan rendah hati.
Sama halnya dengan pengakuan mantan rekan setim Kante di Boulogne, Eric Vandenabeele. Di matanya, Kante adalah pribadi yang menyenangkan untuk dijadikan teman. Menurutnya, dalam wawancara bersama FourFourTwo, Kante yang sekarang seorang bintang dengan Kante yang sepuluh tahun lalu hanya pemain divisi keenam Liga Prancis masihlah Kante yang baik padanya.
Pun, dalam bermain, menurutnya, Kante masih sama, yaitu ia akan selalu memberikan yang terbaik dalam permainannya. “Sampai sekarang dia tak terusik dengan semua ketenaran yang melekat padanya, ia hanya ingin melakukan yang terbaik,”jelasnya.
Gelandang Bertahan Idaman
Pelatih boleh silih berganti, namun Kante selalu menjadi pilihan utama sebagai gelandang bertahan dalam skuat Chelsea. Sejak era Conte, Sarri, Lampard, hingga Tuchel posisinya nyaris tak tergantikan.
Conte yang memboyong Kante dari Leicester City saat itu kepincut dengannya lantaran ia bermain tanpa kenal lelah. Namun juga Kante memiliki rekam jejak yang bagus dalam bertahan. Tercatat, dalam 37 laga ketika membela Leicester, ia berhasil melakukan 175 tekel sukses serta 156 kali intersep.
Itu sebabnya, dalam formasi khas Conte 3–4–2–1, Kante ia tempatkan sebagai satu dari dua gelandang tengahnya. Hasilnya pun mengesankan, pada musim pertamanya dia mempersembahkan gelar juara Premier League untuk Chelsea. Tentu, di balik itu ada catatan gemilangnya dengan melakukan sebanyak 3,4 tekel per laga. Di musim yang sama juga, ia pun didaulat oleh PFA sebagai Player of the Year.