Scroll untuk baca artikel
OlahragaTerkini

N’golo Kante: Penjelajah Lapangan yang Tak Kenal Lelah

Redaksi
×

N’golo Kante: Penjelajah Lapangan yang Tak Kenal Lelah

Sebarkan artikel ini

Pun, dalam bermain, menurutnya, Kante masih sama, yaitu ia akan selalu memberikan yang terbaik dalam permainannya. “Sampai sekarang dia tak terusik dengan semua ketenaran yang melekat padanya, ia hanya ingin melakukan yang terbaik,”jelasnya.

Gelandang Bertahan Idaman

Pelatih boleh silih berganti, namun Kante selalu menjadi pilihan utama sebagai gelandang bertahan dalam skuat Chelsea. Sejak era Conte, Sarri, Lampard, hingga Tuchel posisinya nyaris tak tergantikan.

Conte yang memboyong Kante dari Leicester City saat itu kepincut dengannya lantaran ia bermain tanpa kenal lelah. Namun juga Kante memiliki rekam jejak yang bagus dalam bertahan. Tercatat, dalam 37 laga ketika membela Leicester, ia berhasil melakukan 175 tekel sukses serta 156 kali intersep.

Itu sebabnya, dalam formasi khas Conte 3–4–2–1, Kante ia tempatkan sebagai satu dari dua gelandang tengahnya. Hasilnya pun mengesankan, pada musim pertamanya dia mempersembahkan gelar juara Premier League untuk Chelsea. Tentu, di balik itu ada catatan gemilangnya dengan melakukan sebanyak 3,4 tekel per laga. Di musim yang sama juga, ia pun didaulat oleh PFA sebagai Player of the Year.

Tak hanya lihai merebut bola, Kante juga rajin membagi bola dengan rekan setimnya. Pada Piala Dunia 2018, ia adalah pemain Prancis dengan operan terbanyak, 361 operan. Karenanya, di era Sarri, ia lebih ditarik ke depan untuk membantu lini serang, berbagi peran dengan Jorginho yang lebih bermain ke dalam.

Untungnya, Kante mampu beradaptasi dengan peran barunya itu, bermain box-to-box. Lagi-lagi, ia memberikan hasil yang tidak mengecewakan dengan torehan 4 gol serta 4 assist.

Di era Lampard pun sama, peran Kante masih sama vitalnya menjaga keseimbangan lini tengah. Sayangnya, dibekap cedera yang cukup lama membuatnya jarang bermain. Kendati demikian, dia masih menceploskan 3 gol selama semusim. Namun, dia yang bermain lebih menyerang menjadi jarang melakukan tekel. Tercatat, di era Sarri dan Lampard, rata-rata ia hanya melakukan 2 tekel per laga.

Barulah, Tuchel datang, ia mengembalikan lagi Kante pada posisinya bertugas sebagai breaker. Berduet dengan Kovacic atau Jorginho, dia tampil konsisten dalam memutus aliran serangan lawan. Selain itu, dia juga diberi keleluasaan oleh Tuchel untuk menjelajah lapangan. Di musim itu juga ia akhirnya memenangi kompetisi Champions League.

Hampir di banyak laga, peran Kante tampak dominan dalam skema Tuchel dengan permainannya menjelajah lapangan. Maka itu, pesepakbola legendaris asal Prancis, Marcel Desailly, mengibaratkan keunikan permainan Kante ini dengan berseloroh, “bila  70 persen dari bumi ditutupi air, maka sisanya akan ditutupi oleh Kante.” [rif]