Bagi sebagaian orang KRL ekonomi memiliki kenangannya tersendiri, mulai tarif yang murah hingga bisa duduk di atap kereta.
BARISAN.CO – Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line menjadi salah satu moda transportasi favorit warga Jabodetabek saat ini. Tak hanya bertarif murah, namun KRL juga nyaman dan cepat.
KRL telah memudahkan masyarakat dalam beraktivitas serta membantu mereka untuk terhindar dari kemacetan ibukota.
Kini, PT Kereta Api Indonesia (KAI) pun semakin memanjakan para penumpang dengan berbagai fasilitas. Mulai pendingin udara hingga televisi yang dipasang di setiap gerbong, sehingga penumpang dapat menikmati beragam hiburan.
Bahkan KAI merenovasi beberapa stasiun menjadi lebih megah dan modern. Stasiun – stasiun itu juga dilengkapi dengan eskalator dan lift.
Tapi siapa sangka, KRL hari ini merupakan hasil dari metamorfosa bertahun – tahun. Dulu, KRL belumlah senyaman sekarang. KRL bak pasar yang menggambarkan Indonesia sesungguhnya.
Berikut serba – serbi KRL ekonomi, yang bisa bikin Anda bernostalgia.
1. Tarifnya sangat ekonomis
KRL ekonomi atau beberapa orang menyebutnya Rheos mulai didatangkan pada tahun 1976. Semenjak pertama kali beroperasi Rheos sangat diminati masyarakat. Sebab, tarifnya sangat ekonomis, masyarakat cukup membayar Rp1.500 – Rp2.000 saja.
Tak heran bila mereka berbondong – bondong masuk ke dalam gerbong dan memenuhi ruangan kereta yang sudah begitu sesak. Apabila kereta sudah penuh, mereka dengan cekatannya memanjat badan kereta dan duduk di atap kereta.
Lucunya, meski terkena setrum dan jatuh, mereka tak pernah kapok.
2. Bisa merasakan semilir angin sepoi – sepoi
KRL ekonomi tak berpenyejuk udara. Meski beberapa orang mengklaim KRL tetap memiliki AC, singkatan dari angin candela (jendela) atau angin cepoi – cepoi (sepoi-sepoi).
Angin itu berembus dari pintu dan jendela kereta yang selalu terbuka. Sembari merasakan angin sepoi – sepoi para penumpang juga bisa melihat pemandangan seluas mata memandang.
3. Tempat warga ibu kota mengais rezeki
KRL ekonomi adalah tempat warga ibu kota mengais rezeki dengan berbagai upaya. Ada yang menjajakan barang dagangan seperti makanan, buku, dan pernak- pernik. Ada juga yang mengamen, berdoa, dan membaca puisi.
4. Boleh merokok serta mengobrol keras – keras
Di dalam Rheos orang juga bebas merokok, mengobrol, tertawa bahkan main gaple atau kartu. Meski terdengar riuh, tetap saja ada yang tertidur dengan pulas.
5. Sampah berserakan
Di dalam kereta sampah botol plastik, kantong makanan, dan kertas bertebaran di lantai gerbong. Bukan saja peninggalan penumpang, namun ada juga yang dengan sengaja membuang sampah-sampah itu untuk mendapatkan uang. Ada saja anak – anak yang menyapu lantai dengan asal – asalan sembari meminta uang kepada penumpang.
6. Sering mogok di tengah rel
Mobil, bus dan motor mogok pastinya sudah biasa. Tapi kereta mogok di zaman seperti sekarang pasti tidak lumrah. Tapi kala dulu, Rheos kerap mogok di tengah rel, sehingga kereta lain pun bisa tersendat perjalanannya.





