BARISAN.CO – Presiden Joko Widodo telah melantik Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/11/2021).
Sebelumnya, Andika saat menjalani fit and proper test di Kompleks Parlemen Senayan sempat menyampaikan visinya yaitu TNI adalah kita.
Menurut pengamat militer, Dr. Ade Muhammad, visi itu sesungguhnya sebuah pandangan yang jauh ke depan, namun memiliki capaian yang terukur dengan batas waktu tertentu.
“Jadi visi itu, agenda kita apa. Jadi bukan jargon. Beda. Tni adalah kita itu jargon. Misalnya, visi saya adalah dalam 5 tahun ingin menjadi green water navy,” kata Ade dalam akun Youtube Elpris M. Zen, Kamis (18/11/2021).
Ade mengharapkan Jenderal Andika mengajukan sebuah formula untuk menaikan readiness tempur. Sebab menurutnya, itu menjadi PR bagi TNI.
“Kita ga punya masalah dengan peningkatan anggaran lho. Bukan duit masalahnya,” tutur Ade.
Menurut Ade, sejak 2009, anggaran Kementerian Pertahanan telah meningkat sebesar 389 persen sejak 2009. Akan tetapi, setelah 12 tahun berlalu, peningkatan readiness, baru mencapai sekitar 60 persen.
“Jadi bukan soal anggaran. Masalahnya manajemen. Memang tidak semua anggaran digunakan, tapi manajemen menentukan,” tegas Ade.
Ade mengungkapkan alokasi anggaran dan manajemen di tubuh TNI bermasalah. Ia juga memberikan contoh bahwa peralatan yang beragam jenis dan merek membuat biaya perawatan menjadi mahal dan boros.
“Artinya harus ada formula untuk mengatasi itu. Itu manajemen. Dan itu ada visinya. Nah itu yang saya tadi harapkan betul tapi ga muncul kan gitu,” ungkap Ade.
Lulusan ITB ini melanjutkan perlu memiliki formula untuk menghadapi potensi konflik di Laut China Selatan. Meski, Andika bukan dari Angkatan Laut, Ade menilai formula itu sifatnya umum.
Ia kemudian menyinggung nama Norman Schwarzkopf. Norman, berasal dari Angkatan Darat Amerika Serikat yang memimpin Operasi Desert Storm. Operasi terjadi selama Perang Teluk Persia.
Kala Irak menginvansi dan menduduki Kuwait pada Agustus 1990, Norman mengarahkan pasukan AS, Eropa , dan Arab Saudi menghadapi Irak.
Pada 16 Januari 1991, pasukan sekutu di bawah komando Norman meluncurkan serangan udara. Selama enam minggu, pasukan sekutu menyerang di Irak dan Camp Irak di Kuwait.
Dalam operasi darat selama 100 jam, pasukan sekutu dengan cepat dapat merebut Kuwait kembali.
“Norman jenderal angkatan darat, tapi udaranya ngerti, lautnya paham segala macam. Makanya, general,” tambah Ade.
Ade berharap dengan terpilihnya Andika mampu menjadikan TNI sebagai kekuatan demokrasi dan sistem pertahanan RI.
“Netral, bermartabat, serta mampu disegani,” ujar Ade. [rif]