Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Paylater, Tantangan atau Peluang untuk Kartu Kredit?

Redaksi
×

Paylater, Tantangan atau Peluang untuk Kartu Kredit?

Sebarkan artikel ini

Kehadiran paylater menjadi tantangan bagi kartu kredit. Dari sisi akses, misalnya, siapa saja dapat dengan mudah menggunakan paylater, berbeda dengan kartu kredit yang prosesnya lebih rumit.

BARISAN.CO – Era digitalisasi telah mendisrupsi bisnis konvensional. Tak ketinggalan layanan perbankan pun turut terdampak. Salah satunya dengan kemunculan paylater sebagai terobosan layanan pinjaman kredit online.

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan e-commerce, paylater pun menjamur. Bahkan, sejumlah e-commerce mempunyai paylater sendiri, seperti Shoope PayLater,

Terintegrasi sebagai metode pembayaran di dalam ekosistem digital, paylater memiliki dua keunggulan yang membuat banyak orang meminatinya, yaitu kecepatan dan kemudahan.

Itu karenanya, kehadiran paylater menjadi tantangan bagi kartu kredit. Jika melihat dari sisi akses, misalnya, siapa saja dapat dengan mudah mengakses paylater, berbeda dengan kartu kredit yang lebih rumit proses peminjamannya.

Pengembangan Kartu Kredit

Kendati selama pandemi peredaran kartu kredit terus tergerus, namun jumlahnya masih tergolong banyak. Mengutip data dari Bank Indonesia (BI), jumlah kartu kredit yang tersebar di masyarakat selama April 2021 masih ada sebanyak 16,7 juta kartu. 

Tentunya, jumlah itu masih lebih banyak dari penggunaan paylater. Terlebih, kini kartu kredit berkembang tidak hanya dapat digunakan secara offline saja, tapi juga secara online. Itu sebabnya, kartu kredit tetap diminati meski saat pandemi.

Misalnya saja, Bank Mandiri, yang sedang mengembangkan virtual card. Terobosan fitur kartu kredit baru itu agar memudahkan nasabahnya dalam bertransaksi online walaupun belum menerima pengiriman fisik kartu kredit.

Paylater Sebagai Peluang

Bagi sejumlah bank, paylater tak selalu dipandang sebagai ancaman. Malah, bagi bank, berkolaborasi dengan fintech dapat meningkatkan bisnisnya. Kolaborasi itu dapat berupa penyaluran dana lewat fintech (channeling) maupun perluasan transaksi di berbagai platform e-commerce.

Contohnya, Traveloka yang menggandeng Bank Negara Indonesia (BNI) untuk mendukung pengembangan Traveloka PayLater. Kerja sama antar keduanya terjalin lantaran potensi bisnis yang besar untuk mengatrol bisnis mereka.

Sementara itu, dari sisi ticket size, kartu kredit dan paylater berbeda antar satu sama lain. Di mana paylater menyasar segmen masyarakat yang belum bankable dan belum mempunyai kartu kredit, sedangkan kartu kredit lebih untuk mereka yang bankable dan eligibale untuk penyaluran kredit.

Di sisi lain, meski secara umum nasabah kartu kredit tidak banyak yang beralih ke paylater. Namun, tidak menutup kemungkinan nasabah paylater bakal menjadi calon nasabah bank juga, baik sebagai nasabah kartu kredit ataupun memanfaatkan fasilitas pinjaman lainnya.

Bahkan, bank sendiri diperbolehkan juga menyediakan fasilitas paylater. Bank Central Asia (BCA), sebagaimana dikutip dari Kontan (16/1/2022), pun sempat mengungkapkan ketertarikannya untuk membuat produk paylater. Namun, hingga saat ini, hal itu masih dalam eksplorasi dan pembahasan di internal mereka. [rif]