Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Terkini Politik & Hukum

PBB: Tahun 2021 Sebanyak 45 Ribu Perempuan dan Anak Perempuan Dibunuh Keluarganya

:: Anatasia Wahyudi
25 November 2022
dalam Politik & Hukum
PBB: Tahun 2021 Sebanyak 45 Ribu Perempuan dan Anak Perempuan Dibunuh Keluarganya
Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Laporan PBB terbaru mengungkapkan, 45.000 perempuan dan anak perempuan dibunuh oleh suami, pasangan, atau kerabat lainnya.

BARISAN.CO – Lebih dari lima perempuan dan anak perempuan dibunuh setiap jam oleh seorang anggota keluarga pada tahun 2021, menurut laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang femisida.

Femisida telah digunakan untuk menggambarkan pembunuhan perempuan oleh pasangan intim dan anggota keluarga. Itu juga telah digunakan untuk menggambarkan pembunuhan terkait gender di masyarakat.

Istilah ini menggambarkan pembunuhan perempuan yang terkait gender untuk mengenali dampak ketidaksetaraan dan diskriminasi, yang diidentifikasi secara internasional sebagai akar penyebab kekerasan terhadap perempuan.

Sebuah laporan, yang diterbitkan pada Rabu (23/11/2022) menunjukkan, 45.000 perempuan dan anak perempuan atau lebih dari setengah (56%) dari 81.100 yang dibunuh tahun lalu di seluruh dunia, dibunuh oleh suami, pasangan, atau kerabat lainnya.

BACAJUGA

Sedimentasi Akibatkan Bendungan Kehilangan Kapasitas Penyimpanan, Begini Saran Ahli Hidrologi

Sedimentasi Akibatkan Bendungan Kehilangan Kapasitas Penyimpanan, Begini Saran Ahli Hidrologi

20 Januari 2023
Seperempat Kapasitas Bendungan Dunia Bisa Berkurang Akibat Sedimen

Seperempat Kapasitas Bendungan Dunia Bisa Berkurang Akibat Sedimen

14 Januari 2023

UN Women dan Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODCS) mengatakan, angka tersebut sangat tinggi, tetapi jumlah femicide yang sebenarnya, di mana perempuan dibunuh karena jenis kelaminnya kemungkinan jauh lebih tinggi.

Kira-kira empat dari 10 kematian pada tahun 2021 tidak dihitung sebagai femisida karena datanya tidak mencukupi. Angka resmi femisida sebagian besar tetap tidak berubah selama dekade terakhir.

Tahun lalu, jumlah tertinggi femisida di tangan kerabat berada di Asia, dengan 17.800 kematian. Namun, penelitian menemukan, perempuan dan anak perempuan di Afrika lebih berisiko dibunuh oleh anggota keluarga.

Tingkat pembunuhan terkait gender di rumah diperkirakan 2,5 per 100.000 populasi wanita di Afrika, dibandingkan dengan 1,4 di Amerika, 1,2 di Oseania, 0,8 di Asia, dan 0,6 di Eropa.

Sementara, di awal pandemi Covid pada tahun 2020, bertepatan dengan peningkatan yang signifikan dalam pembunuhan wanita di Amerika Utara dan Eropa barat dan selatan, menurut penelitian tersebut.

Data dari 25 negara di Eropa dan Amerika menunjukkan, peningkatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh pembunuhan yang dilakukan oleh anggota keluarga selain suami dan pasangan.

“Tidak ada perempuan atau anak perempuan yang harus takut akan nyawanya karena siapa dia,” kata Ghada Waly, direktur eksekutif Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan.

Ghada menambahkan, untuk menghentikan semua bentuk pembunuhan perempuan dan anak perempuan terkait gender perlu menghitung setiap korban, di mana saja, dan meningkatkan pemahaman tentang risiko dan pendorong femisida.

“Sehingga kita dapat merancang respons pencegahan dan peradilan pidana yang lebih baik dan lebih efektif,” jelasnya.

Laporan itu menegaskan, pembunuhan terkait gender dan bentuk kekerasan lainnya terhadap perempuan dan anak perempuan tidak dapat dihindari. Kejahatan ini dapat dicegah dengan menggabungkan langkah pencegahan, seperti identifikasi dini terhadap perempuan yang terkena dampak kekerasan dan akses ke dukungan dan perlindungan yang berpusat kepada korban.

Rekomendasi lainnya adalah dengan mengatasi akar penyebab, termasuk melalui transformasi maskulinitas dan norma sosial berbahaya serta menghilangkan ketidaksetaraan gender struktural.

Menguatkan pendataan femisida juga langkah penting untuk menginformasikan kebijakan dan program terkait.

“Organisasi hak perempuan sudah memantau data dan mengadvokasi perubahan kebijakan serta akuntabilitas,” ungkap Sima Bahous, Direktur Eksekutif UN Women.

Menurutnya sekarang yang diperlukan adalah aksi bersama di seluruh masyarakat.

“[Ini] akan memenuhi hak perempuan dan anak perempuan untuk terasa dan aman di rumah, di jalan, dan di mana saja,” ujarnya.

Topik: FemisidaKantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODCS)Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)UN Women
Anatasia Wahyudi

Anatasia Wahyudi

POS LAINNYA

Tim Big Data Continuum
Politik & Hukum

Tim Big Data Continuum Temukan Isu Perpanjangan Masa Jabatan Kades Jadi Kedok 3 Periode

5 Februari 2023
Kabar Pilpres 2024
Politik & Hukum

Pilpres 2024: Hal-hal yang Bisa Disimpulkan Sejauh ini

3 Februari 2023
IPK Indonesia 2022
Politik & Hukum

Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2022 Melorot, Lagi

3 Februari 2023
RUU PPRT
Politik & Hukum

Lini Masa RUU PPRT, Terkatung 19 Tahun di Senayan Menunggu Ketok Palu

2 Februari 2023
Gejolak Kekerasan Meningkat, Israel Semakin Mesra dengan Amerika
Politik & Hukum

Gejolak Kekerasan Meningkat, Israel Semakin Mesra dengan Amerika

1 Februari 2023
Tahlil dan Doa Satu Abad NU
Politik & Hukum

Tahlil dan Doa Satu Abad NU, Gus Yusuf: PKB adalah Anak Kandung NU

1 Februari 2023
Lainnya
Selanjutnya
Alhamdulillah, PTIQ Resmi Menjadi Universitas dan Siap Sebagai Episentrum Peradaban Baru

Alhamdulillah, PTIQ Resmi Menjadi Universitas dan Siap Sebagai Episentrum Peradaban Baru

Mengenal Maskot Pemilu 2024 Pilihan KPU, Sura dan Sulu

Mengenal Maskot Pemilu 2024 Pilihan KPU, Sura dan Sulu

TRANSLATE

TERBARU

arti imma'ah

Jangan Menjadi Kelompok Imma’ah, Berikut Arti dan Penjelasannya

8 Februari 2023
Ari Lasso Suka Makan Kurma

Asupan Nutrisi dan Energi Sebelum Manggung, Ari Lasso Suka Makan Kurma

8 Februari 2023
NU modern

Wapres Harapkan NU Lebih Modern Sesuai Perkembangan Zaman

7 Februari 2023
Wakil Rektor PTIQ Jakarta Ali Nurdin Minta KPU dan Bawaslu Gelar Pemira Berbasis Al-Qur’an

Wakil Rektor PTIQ Jakarta Ali Nurdin Minta KPU dan Bawaslu Gelar Pemira Berbasis Al-Qur’an

7 Februari 2023
pencatat

Pencatat Berpikiran Besar

7 Februari 2023
Pesta Rakyat Dewa 19, Sebuah Catatan dari JIS

Pesta Rakyat Dewa 19, Sebuah Catatan dari JIS

7 Februari 2023
Negara Partitokrasi

Negara Partitokrasi, dan Kewajiban Menolak Perilaku Anti Demokrasi

7 Februari 2023

SOROTAN

Pesta Rakyat Dewa 19, Sebuah Catatan dari JIS
Opini

Pesta Rakyat Dewa 19, Sebuah Catatan dari JIS

:: M Chozin Amirullah
7 Februari 2023

KONSER Dewa 19 bertajuk Pesta Rakyat akhirnya digelar pada Sabtu, 4 Februari 2023. Konser ini awalnya akan digelar pada 12...

Selengkapnya
Negara Partitokrasi

Negara Partitokrasi, dan Kewajiban Menolak Perilaku Anti Demokrasi

7 Februari 2023
Ajip Rosidi, Anies Baswedan dan Buku

Ajip Rosidi, Anies Baswedan dan Buku

7 Februari 2023
George Orwell, KTP dan Indonesia

George Orwell, KTP dan Indonesia

6 Februari 2023
Minyak Kita atau Minyak Ente?

Minyak Kita atau Minyak Ente?

5 Februari 2023
Dahulu Aku Anggota HMI, Kini Berupaya Hidup Pantas Sebagai Alumni HMI

Dahulu Aku Anggota HMI, Kini Berupaya Hidup Pantas Sebagai Alumni HMI

5 Februari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang