Karena itu, redenominasi sejatinya menguji kemampuan masyarakat untuk berpikir rasional mengenai simbol nilai. Di sinilah pendidikan berperan sebagai laboratorium nalar ekonomi bangsa.
Risiko Psikologis dan Ilusi Nilai Uang
Fenomena money illusion kekeliruan dalam menilai uang berdasarkan nominal, bukan daya beli—menjadi tantangan besar dalam proses redenominasi. Ketika angka nol hilang, sebagian orang mungkin mengira nilai uang ikut berkurang.
Celah ini bisa dimanfaatkan segelintir pihak untuk menaikkan harga secara perlahan melalui mekanisme rounding up, yang kemudian memicu inflasi psikologis.
Contoh nyata terlihat pada Turki tahun 2005. Setelah menghapus enam angka nol, ekonomi makro membaik, tetapi sebagian masyarakat bingung membedakan harga lama dan harga baru. Beberapa pelaku usaha menaikkan harga secara sepihak selama masa transisi.
Indonesia pernah mengalami trauma lebih berat pada Sanering 1965, ketika nilai uang dipotong seribu banding satu. Inflasi melesat hingga 650 persen dan kepercayaan publik runtuh.
Meski konteks sanering berbeda dengan redenominasi, memori kolektif masyarakat masih menyimpan kekhawatiran serupa. Sebagian masih mencampuradukkan kedua kebijakan tersebut.
Karena itu, edukasi publik harus menjadi langkah awal ketika wacana redenominasi menguat. Tanpa pemahaman yang benar, kebijakan efisiensi bisa berubah menjadi keresahan sosial.
Sekolah sebagai Laboratorium Literasi Finansial
Pertanyaan pentingnya: apakah sistem pendidikan kita siap menopang rasionalisasi ekonomi ini?
Hasil PISA 2022 menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia kembali menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan numerasi fondasi literasi finansial masih lemah.
Padahal redenominasi menuntut pemahaman matematika, terutama konsep proporsi, nilai tempat, dan perbandingan.
Sekolah harus menjadi tempat pertama di mana anak-anak belajar membedakan antara angka dan nilai. Konsep inflasi, harga, dan daya beli perlu disampaikan melalui contoh konkret.
Guru, misalnya, dapat membuat simulasi sederhana: harga nasi goreng Rp15.000 setelah redenominasi menjadi Rp15 tanpa perubahan nilai.
Literasi keuangan juga perlu diintegrasikan lintas mata pelajaran: matematika untuk konversi nilai, IPS untuk dinamika pasar, PKn untuk tanggung jawab sebagai warga negara. Guru perlu dibekali pelatihan agar mampu menjelaskan redenominasi dengan bahasa sederhana, jelas, dan empatik.
Kolaborasi Edukasi Multisektor: Dari Kelas ke Keluarga
Literasi keuangan tidak berhenti di ruang kelas. Keluarga adalah tempat pertama anak mengenal uang. Karena itu edukasi publik harus menjangkau rumah tangga melalui pendekatan visual dan aplikatif.









