Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Pendidikan Versus Pelatihan

Redaksi
×

Pendidikan Versus Pelatihan

Sebarkan artikel ini
Kenapa mesti buku?

Bahkan Charlotte pernah mendapat cibiran “belajar kok cuma dari buku.” Dalam risalahnya, Vol. 6 hal. 15, ia mengurai cara kerja budi, sebagai jawaban kenapa mesti buku. Bahwa budi hanya akan berminat pada pemikiran, imajinasi, dan argumen bernalar. Bahwa budi akan bosan oleh ocehan tak bermutu, atau obrolan remeh tak penting dari guru yang boros nasihat dan ceramah. Budi lebih suka sajian yang sastrawi. Dan ke mana lagi hal itu akan diperoleh? Tak bisa tidak, budi maunya makan makanan yang terhidang dalam buku-buku terbaik bermutu sastrawi.

Namun, apakah belajar dari buku itu satu-satunya pendidikan yang baik? Dan saya terkesan jawaban Charlotte, “Orang yang telah membaca dan memikirkan segala macam subjek dan juga mendapatkan pelatihan yang dia butuhkan, akan menjadi orang yang paling mampu.” (Vol. 6 hal. 3).

“Anak adalah pribadi yang dilahirkan”,  butir pertama Charlotte mengenai anak. Sebagai pribadi pasti berhasrat akan pengetahuan. Haus informasi. Maka, sebetulnya orangtua tak perlu repot menyuruh anak belajar. Usah pusing mendesain ruang belajar yang menyenangkan, atau menyiapkan iming-iming menggiurkan. Lantaran anak datang ke dunia ini memang sudah terprogram dengan rasa lapar akan pengetahuan, sekaligus kemampuan memusatkan perhatian.

Kemudian Charlotte menerapkan dengan menyuplai sejumlah besar buku tentang banyak subjek, yang dijadwal sebagai bacaan di pagi hari. Semua subjek dilakukan dengan sekali baca, dan diuji lewat menarasikan. Menarasi berbeda dengan menghafal. Untuk menghafal, kita harus mengulang-ulang bacaan, sementara menarasi cukup dengan sekali baca. Sekali baca ini juga membentuk kebiasaan memperhatikan.

Dan, dengan alokasi waktu efektif yang lebih sedikit ketimbang waktu sekolah biasa, maka terbuka kesempatan untuk mengembangkan hobi, menggarap proyek pelatihan, baca bacaan bebas, atau bertualang ke alam bebas, dan sebagainya. 

Alhasil, saya menangkap spirit Islam dalam filosofi Charlotte Mason. Bahwa pendidikan adalah upaya meneguhkan budi. Pendidikan adalah kerja spiritual, yang aktual dengan menggarap diri, menelateni kebiasaan baik, dan menyuntuki buku-buku terbaik.