Scroll untuk baca artikel
Blog

Perampokan Di Ladang Rumput – Cerpen Noerjoso

Redaksi
×

Perampokan Di Ladang Rumput – Cerpen Noerjoso

Sebarkan artikel ini

Sebelum Jam 08.45 pagi, Darto sudah duduk di kursi yang disediakan oleh panitia.  Ia hanya dapat celingukan ketika satu persatu tamu mulai berdatangan.  Satu setengah jam kemudian barulah upacara peringatan hari tani nasional itu dimulai.  Perutnya mulai keroncongan.  Berkali-kali ia ingin melepas sepatunya karena tak terbiasa memakai sepatu.  Ada rasa gatal yang gimana gitu.  Ia juga merasa ada yang luka di telapak kakinya.  Maklumlah ia tidak pernah bersepatu.

Benar saja dugaan Kadir.  Ketika Darto diberi hadiah dan penghargaan, Pak Kades hinggan pak Gubernur juga kecipratan pujian dan hadiahnya.  Dan lagi-lagi Darto hanya bisa pasrah ketika petugas penyuluh meminta kembali uang saku dari panitia yang tadi diterimanya.  Kali ini katanya untuk biaya konsumsi.

“Pak Darto, hadiah yang berupa tabungan dari Pak Presiden ini hanya bisa diambil kalau Saya dan Pak Bupati tanda tangan.  Untuk mendapatkan tanda tangan Pak Bupati, Pak Kades dan Pak Camat juga harus tanda tangan terlebih dahulu,” ucap Pak Dinas ketika menyambangi kamar tempat Darto menginap.

“Buku tabungan ini biar Saya saja yang simpan.  Semuanya biar diurus saja oleh petugas penyuluh lapangan Saya ini,” sambung Pak Dinas lagi sembari berpamitan.  Lelaki itu lalu mengedipkan isyarat kepada petugas penyuluh peternakan yang mendampingi darto.

“ikuti saja petunjuk Pak Dinas.  Pasti beres!” timpal Pak Kades dan Pak Camat serasa berbarengan.  Entah dari mana kedua pejabat itu tiba-tiba telah muncul juga di kamar tempat Darto menginap.

“Bagaimana Pak? tanya petugas penyuluh peternakan tersebut sembari membarengi langkah Pak Dinas keluar dari kamar Darto.  Suaranya dibuat serendah mungkin sehingga lebih mirip berbisik.  Rupanya petugas penyuluh peternakan itu belum memahami arti kedipan Pak Dinas barusan.

“Masing-masing dari kita dapat bonus.  Kamu pindah kamar saja.  Mumpung jauh dari anak istri,” jawab Pak Dinas setengah berbisik pula.

“Pakailah sepuasmu.  Kita semua sudah menikmati bonusnya sejak kemarin.  Layanannya pasti lebih istimewa daripada yang ada di rumah,” imbuh pak Kades yang mantan Babinsa itu dengan senyumnya yang penuh arti.  Petugas penyuluh yang mendampingi Darto itupun segera memahami apa yang dimaksud oleh Pak Dinas dan Pak Kades barusan.  Wajahnya juga mendadak sumringah.

“Nanti malam Pak Darto tidur sendirian ya, Saya ada rapat!” pamit petugas penyuluh peternakan tersebut sembari bergegas meninggalkan Darto yang masih belum habis rasa bingungnya.  Berbarengan dengan itu, ketiga pejabat yang lain telah terlebih dahulu meninggalkan kamar Darto.