Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Peran Perempuan Arab Bidang Politik Masa Nabi Muhammad

Redaksi
×

Peran Perempuan Arab Bidang Politik Masa Nabi Muhammad

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Persoalan perempuan selalu menarik untuk dikaji, terutama terkait peranannya, baik peran sosial kemasyarakatan maupun bidang politik. Tidak dapat dipungkiri kehadiran kaum perempuan di dunia ini memiliki peran penting. Lantas bagaimana peran perempuan arab pada masa Nabi Muhammad Saw.

Masyarakat sebelum masa Nabi Muhammad merupakan masyarakat yang memiliki kegemaran dalam berperang. Sehingga mempengaruhi akhlak dan dinamika sosial masyarakat pada kaum perempuan. Pada masa ini kaum perempuan tidak mendapatkan posisi yang menguntungkan, namun mereka ditindas, dibenci dan bahkan dilecehkan.

Perempuan pada masa itu menjadi beban bagi orang tua, bahkan menurut sejarah jika melahirkan anak perempuan sampai menguburkannya hidup-hidup. Inilah ketika mereka berhadapan langsung dengan masyarakat yang bercorak patriaki yang penuh dengan emosional.

Menilik peran perempuan arab pada masa Nabi Muhammad tidak dapat lepas perjalanan sejarah dakwah Rasulullah. Para perempuan pada masa itu memiliki peran saat perang, mereka selalu tampil memberikan pertolongan kepada orang-orang yang terluka. Para perempuan memberikan pertolongan dengan cara mengobati dan merawatnya.

Oleh karena itu para perempuan harus memiliki kebanggan dan perlu diketahui bahwa orang yang pertama kali mati syahid adalah seorang perempuan bukan laki-laki. Sosok perempuan tersebut yakni Sayidah Sumayyah, istri dari Yasir. Sayidah Sumayyah sosok perempuan tangguh yang berani menetang Abu Jahal. Ia rela disiksa di gurun yang penuh dengan lautan pasir yang panas untuk mengikuti kemauan Abu Jahal untuk meninggalkan Islam. Namun Sayidah Sumayyah tetap memiliki keyakinan yang kokoh.

Peran perempuan arab bidang politik

Sebelumnya perlu dipahami, bahwa politik bukan persoalan memihak ataupun berpartai. Akan tetapi politik merupakan tatanan konsep untuk memecahkan permasalahan dan menemukan titik solusi.

Sedangkan peran perempuan pada masa Rasulullah tidak dapat lepas saat Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira yang sudah memulai kegiatan politik. Di Gua Hira Nabi Muhammad berupaya muhasabah atas fenomena yang terjadi di masyarakat yang penuh dengan ketimpangan.

Nabi Muhammad Saw mendapatkan wahyu pertama, untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat Arab. Selanjutnya Nabi Muhammad mulai mendapatkan dukungan sehingga mulai menegakkan ajaran Allah Swt. Upaya ini merupakan bentuk dari aktivitas politik, karena menghadapi persoalan masyarakat.

Era Rasulullah inilah kaum perempuan arab mulai mendapatkan posisinya di bidang politik. Saat mereka mengakui ajaran Islam, keterlibatan politik perempuan mulai diperhitungkan. Sosok istri Rasulullah yakni Khadijah adalah orang yang pertama kali mengakui ajaran Islam. Ia mampu memberikan solusi dan bahkan senantiasa memberikan ruang untuk memberikan motivasi saat Nabi Muhammad mengalam resah maupun kekhawatiran.

Melalui Khadijah inilah, kemudian banyak perempuan mulai keluar untuk berpolitik atas kondisi sosial yang tidak memihak mereka. Para perempuan tersebut seperti Lubabah, Umul Fadhal binti Harits, Shafiyah binti Abdul Muthalib, Asma binti Amis (istri Jafar). Begitu juga dengan Istri Said bin Zaid yakni Fatimah binti Khatab, Sayidah Sumayyah dan lain sebagainya.

Orang pertama mati syahid

Para pengikut perempuan masa Nabi Muhammad kebanyakan berasal dari golongan hamba sahaya. Awalnya mengikuti secara diam-diam ajaran Rasulullah dengan mendatangi bukit untuk beribadah kepada Allah Swt, hampir tiga tahun mereka melakukan hal ini. Hal ini dilakukan karena kaum Quraisy jika mengetahui maka mereka akan mendapatkan rintangan dan siksaan.