Scroll untuk baca artikel
Kolom

Perubahan Iklim, Perang dan Saatnya Indonesia Mengembangkan Sorgum

Redaksi
×

Perubahan Iklim, Perang dan Saatnya Indonesia Mengembangkan Sorgum

Sebarkan artikel ini

Kabar baiknya ternyata, BRIN sudah mengembangkan 3 varietas benih sorgum unggulan yakni Pahat (Pangan Sehat), Samurai 1 dan Samurai 2. Tapi lucunya, varietas karya anak bangsa ini yang menggunakannya justru petani Afrika. Nah, lho.

Peneliti Bioteknoligi dari Universitas Indonesia Dr. Ir. Kaseno menyatakan banyak keunggulan Sorgum dibandingkan tanaman pangan lainnya (zero waste). Dan yang paling utama, Sorgum tumbuh bagus di lahan marjinal dan kritis.

Dari setiap bagian tanaman Sorgum memiliki nilai manfaat yang sangat tinggi. Tentu biji Sorgum bisa dijadikan beras dan tepung menyerupai terigu. Bahkan lebih sehat dibandingkan tepung terigu. Kemudian batang Sorgum bisa diolah menjadi gula cair, gula kristal atau bioetanol. Selanjutnya sisa atau sampah dari semu proses itu masih punya nilai manfaat dan dapat digunakan menjadi pupuk organik, pakan ternak dan biomassa.

Sorgum sejatinya sudah dibudidayakan di Indonesia sejak 1970. Wilayah yang saat ini memiliki luas lahan dan berkontribusi untuk pangan nasional masing-masing di Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Khusus di Jawa, daerah penghasil Sorgum dengan pola pengusahaan tradisional meliputi Purwodadi, Pati, Demak, Wonogiri, Gunung Kidul, Kulon Progo, Lamongan, Bojonegoro, Tuban dan Probolinggo.
 
Harga Sorgum di pasaran sekira Rp5.000 per kilogram. Sorgum banyak juga dijual di outlet-outlet penjualan daring dan juga dikemas sangat bagus.

Belakangan tren hidup sehat juga terus mendorong Sorgum merangkak populer di sebagain kalangan masyarakat. Selain kaya kandungan niasin, thiamin, vitamin B6, zat besi dan mangan juga bebas kandungan gluten yang selama ini dikandung tepung terigu.

Manfaat Sorgum dan prospeknya saya kira sudah cukup. Kini tinggal keberpihakan dan kesungguhan pemerintah untuk mewujudkannya. Jangan sampai ketika petani bersemangat justru bibit susah didapat, pupuk langka atau mahal dan harga tidak stabil.

Itu penyakit lama!