(5). Peristiwa mutakhir (current events), meliputi kumpulan peristiwa, isu, serta kebijakan yang berkembang selama masa kampanye sampai menjelang pemungutan suara;
(6). Peristiwa personal (personal events), yakni kehidupan pribadi dan peristiwa yang dialami selama karier yang dijalani sebelum terpilih sebagai seorang kandidat;
(7). Isu-isu Epistemik, yakni isu-isu pemilihan yang spesifik yang dapat memacu rasa keingintahuan pemilih mengenai hal-hal yang baru, misalnya figur kontestan yang bertekad membenahi kinerja birokrasi, memberantas pungli dan korupsi, punya potensi mampu mengangkat taraf hidup masyarakat ekonomi lemah dari berbagai kemiskinan keterbelakangannya, mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mampu menciptakan tata kelolah pemerintahan yang adil, jujur, bermartabat dan sebagainya.
Terkait karakter pemilih, maka sesuai perkembangan termutakhir, setidaknya ada tiga jenis pemilih;
Pertama, Pemilih berorientasi pada kebijakan yang ditempuh oleh seorang kandidat dalam upaya memenangkan pilkada, yakni sejauh mana para kandidat/kontestan mampu menawarkan program kerja yang dapat memecahkan persoalan mendasar dari para pemilih.
Disini pemilih akan memilih secara obyektif kandidat yang memiliki kepakaan terhadap masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat banyak. Kandidat yang tidak jelas arah kebijakannya akan cenderung tidak dipilih oleh masyarakat .
Hal ini disebabkan karena dalam diri pemilih itu sendiri ada terdapat harapan-harapan dan keinginan untuk memperoleh adanya suatu pembaharuan dalam kehidupannya,baik terkait hidup pribadi maupun kehidupan bersama.
Kedua; Pemilih yang berorientasi pada idiologi yang dianut oleh partai maupun seorang kandidat, yakni adanya kedekatan nilai budaya, agama, moralitas, norma, emosi dan psikografis.
Semakin dekatnya nilai-nilai yang dianut oleh kandidat dengan para pemilihnya, maka pemilih akan cenderung memberikan suaranya kepada kandidat tersebut.
Ketiga; Pemilih pragmatis yang berorientasi pada keuntungan sesaat. Jenis pemilih demikian tidak perduli dengan program atau idiologi kandidat. Bagi mereka, siapa yang berani kasih sogokan banyak, itulah yang dipilih.
Dengan adanya realitas tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa keputusan masyarakat untuk memilih paslon peserta Pilkada sanga dipengaruhi setidaknya tiga faktor mendasar yakni; kondisi awal pemilih, media masa, kapasitas kandidat serta paprol yang mengusungnya. [Luk]