Kedua; Pemilih yang berorientasi pada idiologi yang dianut oleh partai maupun seorang kandidat, yakni adanya kedekatan nilai budaya, agama, moralitas, norma, emosi dan psikografis.
Semakin dekatnya nilai-nilai yang dianut oleh kandidat dengan para pemilihnya, maka pemilih akan cenderung memberikan suaranya kepada kandidat tersebut.
Ketiga; Pemilih pragmatis yang berorientasi pada keuntungan sesaat. Jenis pemilih demikian tidak perduli dengan program atau idiologi kandidat. Bagi mereka, siapa yang berani kasih sogokan banyak, itulah yang dipilih.
Dengan adanya realitas tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa keputusan masyarakat untuk memilih paslon peserta Pilkada sanga dipengaruhi setidaknya tiga faktor mendasar yakni; kondisi awal pemilih, media masa, kapasitas kandidat serta paprol yang mengusungnya. [Luk]