Scroll untuk baca artikel
Blog

Politisi dan Menteri Menjadi Profesi Paling Tidak Dipercaya di Dunia

Redaksi
×

Politisi dan Menteri Menjadi Profesi Paling Tidak Dipercaya di Dunia

Sebarkan artikel ini

Laporan Ipsos mengungkapkan, politisi dan Menteri menjadi profesi paling tidak dipercaya di dunia sejak tahun 2018.

BARISAN.CO – Ipsos merilis Indeks Kepercayaan Global 2022 pada awal Agustus lalu. Dari 28 negara yang disurvei, rata-rata menilai dokter (58%) sebagai profesi paling dapat dipercaya. Namun, persentase itu turun dibandingkan tahun lalu sebanyak 64%.

Ilmuwan berada di posisi kedua setelah dokter. Ilmuwan pun sama mengalami penurunan persentase dari 61% menjadi 57%. Sedangkan, di urutan ketiga, guru yang juga mengalami penurunan dari 55% menjadi 51%.

Terjadi sedikit penurunan kepercayaan kemungkinan karena didorong pandemi dan kembali ke posisi sebelum pandemi.

Ipsos selama 4 tahun berturut-turut merilis laporan Indeks Kepercayaan Global ini. Sedangkan dari laporan tersebut, politisi berada di urutan pertama sebagai profesi paling tidak percaya. Profesi ini mengalami kenaikan ketidakpercayaan 1% dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari 66% menjadi 67%. Kemudian di atas politisi ialah menteri sebanyak 57%.

Faktor Ketidakpercayaan Masyarakat

Mengingat jajaran elite pemerintahan di Indonesia umumnya diisi oleh politisi, yang seolah mengisyaratkan ketidakpercayaan pada institusi negara. Tahun lalu, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut, dua faktor paling yang saling terkait dengan ini adalah ketidakamanan ekonomi dan persepsi kinerja pemerintah yang buruk atau korup.

Menyediakan keamanan ekonomi menjadi peran kunci bagi negara dan lembaganya dan merupakan dasar dari kontrak sosial antara pemerintah dan warga negara. Ketika ketidakamanan ekonomi meluas, kepercayaan apda lembaga pemerintahan dapat terkikis.

Kinerja pemerintah yang buruk, skandal, dan korupsi juga merusak kepercayaan masyarakat di mana seharusnya lembaga publik bekerja demi kepentingan terbaik rakyat dan negara. Tingkat kepercayaan institusional memang jauh lebih rendah di negara-negara dengan tingkat korupsi tinggi.

Orang-orang yang tidak aman secara ekonomi harus mendorog kebijakan redistributif dan layanan lebih baik, namun mereka sering kekurangan pengaruh politik dan kapasitas untuk mengorganisir dan melobi untuk kepentingannya dibanding kelompok yang lebih aman secara ekonomi.

Maka, tak mengherankan, jika orang-orang dengan status ekonomi lebih rendah justru yang paling tidak memercayai politisi ini.

Mengutip Phsys, konsep anomie menjelaskan alasan kenapa orang denan status sosial lebih rendah kepada politisi. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Durkheim, mengacu pada tatanan sosial yang sedang hancur dan standar moral serta kepercayaan masyarakat telah menghilang.

Menariknya, penelitian dari Thierry Bornand dan Olivier Klein ini mengungkapkan, orang dengan status sosial ekonomi lebih banyak anomi di masyarakat, yang pada akhirnya menjelskan mengapa mereka juga cenderung kurang memercayai politik.

Studi ini menunjukkan, kepercayaan politik bukan hanya masalah mengevaluasi apa yang dilakukan dan yang tidak dilakukan politisi, namun juga perlu memandang masyarakat secara keseluruhan. Semakin rendah status seseorang, maka semakin merasa tatanan sosialnya sedang runtuh. Dengan kata lain, perbedaan status ekonomi merupakan elemen yang pada tingkat individu mengurangi kepercayaan politik terlepas dari kinerja atau pencapaian pemerintah.

Para peneliti juga menyampaikan, persepsi anomie dikaitkan dengan kepercayaan interpersonal yang lebih rendah. Dengan begitu, ketidaksetaraan antara individu mungkin akan mempertahankan lingkaran setan.

Meski, penelitian ini belum dirancang untuk membandingkan konteks berbeda, peneliti percaya, itu tergantung pada kebijakan sosial dan keberhasilan dalam mengurangi ketidaksetaraan untuk memutus lingkaran setan tersebut karena adanya hubungan status sosial ekonomi dan anomie berkurang.