Bonner memperingatkan, bahaya utama gas air mata adalah dampaknya pada mereka yang berusia lebih tua atau yang memiliki sistem pernapasan lemah yang dapat menderita kerusakan yang lebih parah. Bahaya ini, kata dia, ada pada gas air mata yang sudah kedaluwarsa atau belum.
“Setiap individu tidak seperti satu sama lain. Jika Anda memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti asma atau lebih tua, maka itu bisa sangat serius. Anda tidak ingin terkena hal seperti itu,” tegas Bonner.
Sedangkan, dilansir dari Salon, Dr. Rohoni J. Haar, asisten profesor epidemiologi di University of California, Barkeley School of Public Health menyebut, memang tidak ada bukti tentang penggunaan gas air mata kedaluwarsa lebih atau kurang berbahaya. Namun, dia berpendapat, masalah yang lebih besar adalah tidak ada yang tahu isi di dalam tabung itu.
“Saya pikir transparansi tentang bahan kimia apa yang ada di sana akan memberi kita beberapa wawasan tentang bagaimana terurai dan apa produk degradasinya. Kami tidak memiliki informasi itu,” ungkapnya.
Di sisi lain, selama protes terhadap korupsi pemerintah di Irak beberapa tahun 2020, Reuters melaporkan tabung dengan tanggal kedaluwarsa 2014 dikerahkan. Relawan medis yang berbicara dengan organisasi berita mengklaim gas itu membuat orang tersedak.