Scroll untuk baca artikel
Kolom

Presiden… Presiden… Presiden

Redaksi
×

Presiden… Presiden… Presiden

Sebarkan artikel ini

Keempat, ada juga tipe asketis religius. Mereka ini sudah melampaui urusan keduniaan.

“Urusan sudah ukhrawi semuanya,” kata Anies.

“Itu kalau laki-laki tandanya apakah mata kakinya sudah terlihat atau tidak. Begitu kira-kira,” sambung Anies, penuh canda.

Kelima, jenis mahasiswa humanis sosialis individualis. Mereka ini paling rajin mengikuti berbagai seminar dan diskusi. Mereka juga rajin mencatat, duduk paling depan dan banyak bertanya.

“Kemana pun selalu bertanya dan memikirkan rakyat. Tapi sebatas ruang diskusi saja,” lagi Anies membuat lelucon.

Ngak ada action-nya. Tapi kalau sudah mendiskusikan semuanya itu merasa sepertinya masalah sudah selesai,” sambungnya.

Begitu juga, kata Anies, teman-teman mahasiswa suka baca buku. Di kos-kosan banyak buku. Sebagian dibaca dan sebagian lagi hanya untuk pemandangan.

“Dan bagi mahasiswa yang baru puber intelektual seperti kita pada saat itu bacanya suka yang rumit-rumit,” ceritanya.

“Makin sulit bacaannya makin puas di hadapan teman kos,” tutur Anies.

Dibandingkan dua gubernur sebelumnya Anies juga bicara lebih lepas. Beberapa pernyataannya menyerempet kebijakan rezim pusat. Misalnya ketika Anies berbicara tentang legasinya selama empat tahun ini.

“Alhamdulillah empat tahun ini dan memasuki lima tahun dan enam bulan lagi masuk pensiun. Soalnya ngak ada perpanjangan, Mas,” candanya merujuk pada wacana perpanjangan jabatan presiden dan penundaan Pemilu 2024.

Anies juga menyinggung tentang pejabat atau pemerintah yang seharusnya tidak mesti reaktif bila dikritik rakyat termasuk mahasiswa. Menurutnya mahasiswa itu sudah terbiasa berdebat dan mengkritik kenyataan.

“Karena itu kalau ada yang mengkritik tidak perlu dilaporkan,” kata Anies yang disambut tepuk tangan jamaah.

“Lanjut,” celetuk seorang jamaah.

Ojo ngompori, Mas,” sambar Anies sambil tertawa.

Menurut Anies kritik dan perdebatan itu hal yang lumrah.

“Kalau di kampus ada rasa takut untuk berbicara tentang kenyataan maka kampus itu sedang mengalami masalah,” cetus Anies.

Selain Anies, gubernur lain yang terlihat lepas dan kocak adalah Ridwan Kamil. Sepertinya Kang Emil, demikian gubernur yang juga arsitek kaliber internasional itu, diawal sedikit gugup mungkin karena bukan di wilayahnya.

Maklum Kang Emil bukan alumnus UGM tidak seperti Anies atau Ganjar. Kang Emil yang juga jebolan ITB ini bercandanya kurang seru karena dia lebih hidup kalau lebih banyak menggunakan idiom-idiom Sunda.

Lebih parah Ganjar yang seharusnya maksimal dalam ceramahnya karena di kandang sendiri malah tak ubahnya seorang gubernur yang tengah berpidato di hadapan para pamongnya.