BARISAN.CO – Jarnas (Jaringan Nasional) Sanak ABW Bengkulu tak pernah lelah membersamai masyarakat. Minggu (19/2/2023), Desa Tanjung Negara, Kecamatan Kadurang, Kabupaten Bengkulu mencapai kesepatan agar Jarnas Sanak ABW Bengkulu melakukan pendampingan budidaya lele bioflok dan juga ekonomi kreatif.
Rencananya, Kamis nanti akan dilakukan pemetaan sebelum kegiatan dimulai. Ketua Jarnas Sanak ABW Bengku, Epita Darnela mengatakan, masyarakat di Desa Tanjung Negara itu meminta pendampingan sekaligus edukasi budidaya lele setelah melihat keberhasilan Desa Padang Lebar.
“Sebenarnya, mereka agak khawatir kalau kami tidak mau mendampingi, namun kami memutuskan untuk membantu,” ungkap Epita, Senin (20/2/2023).
Sementara, alasan dipilihnya budidaya lele bioflok, Epita mengungkapkan, karena lebih simpel.
“Tidak butuh lahan yang besar, pakai terpal atau fiber, tapi umumnya pakai terpal. Ini juga saya sedang amati antara budidaya pakai fiber dan terpal dari tingkat keberhasilan dan tingkat mortalitasnya dari kedua media itu,” tambahnya.
Epita menyampaikan, kebetulan anaknya merupakan sarjana pertanian jurusan perikanan di UGM (Universitas Gadjah Mada), yang baru saja lulus November lalu. Sehingga, dia bisa sedikit-sedikit belajar tentang penyebab kematian yang tinggi dari ternak ikan.
“Jadi, pada saat penggantian air itu yang paling penting. Jangan sampai media yang lama itu dibuang semua karena adaptasi ikan itu susah kalau medianya sudah berubah, tingkat kematiannya bisa sangat tinggi, kemungkinan besar dari situ,” jelasnya.
Selanjutnya, di Desa Tanjung Negara, Epita tambahkan probiotik.
“Apakah faktor probiotik ini karena desa lain tidak menggunakannya? Kemarin juga di permukaan fibernya itu kita tutup pakai jaring, tapi kalau menurut info dari anak saya, tingkat cahaya matahari tidak berpengaruh,” lanjutnya.
Sehingga, ini juga bagian uji coba untuk melihat faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan budidaya ikan lele ini.
“Apakah faktor media, probiotik, atau medianya, itu sedang diamati. Karena mereka minta pendampingan, sekalian saya riset,” tutur Epita.
Rencanakan Bangun Kampung Konveksi
Epita mengaku, dia dihubungi oleh desa-desa lain untuk pendampingan.
“Kalau berhasil, efeknya untuk jaringan Jarnas ini sangat luar biasa karena kita tidak ada biaya di situ, kita hanya mendampingi dengan sepenuh hati,” lanjutnya.
Sering kali, Epita membagikan kegiatannya di media sosial sebagai promosi.
“Mungkin sering lihat, Alhamdulillah mereka sampai semangat banget! Mereka juga mau buat pelatihan menjahit,” katanya.
Epita menuturkan, rencananya memang dia ingin membangun kampung konveksi.
“Saya sampaikan kalau kita berhasil mendidik masyarakat di sini jadi ahli menjahit, orderan pabrik saya yang di Bengkulu, akan khusus saya pekerjakan dari mereka nanti, yang penting sudah memenuhi standar perusahaan,” terangnya.
Ini akan menjadi hubungan simbiosis mutualisme, perusahaannya terbantu dan lapangan pekerjaan terbuka.
“Mereka siapkan alatnya, sedangkan Jarnas Sanak ABW Bengkulu berikan pelatihan dan edukasi,” sambungnya.
Keberhasilan di Desa yang didampingi menyebar kemana-mana, yang membuat Jarnas Sanak ABW Bengkulu ramai permintaan pendampingan.
“Ditambah lagi ada pendampingan alsintan yang sistemnya fleksibel. Ini juga bikin geger di Bengkulu Selatan,” pungkasnya. [rif]