BARISAN.CO – Rasuna Said memiliki nama lengkap Rangkayo Rasuna Said, tokoh pahlawan nasional berdarah Minang. Ia di lahirkan di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kapupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Sosok bangsawan dari tanah Minang, ayahnya bernama Muhammad Said seorang pejuang aktivis pergerakan dan muslim yang taat.
Sama dengan RA Kartini, ia adalah sosok pejuang hak-hak perempuan. Rasuna Said acapkali mengkampanyekan hak-hak perempuan terutama bidang pendidikan dan politik perempuan. Ia meyakini bahwa dengan pendidikan, derajat perempuan akan naik sebab budaya patriaki membelenggu kaum wanita.
Rasuna Said pernah mengalami kekecewaan ketika ia pindah ke Padang pada tahun 1931, kekecewaan tersebut dipicu karena ternyata perempuan dilarang mengenyam pendidikan, terlebih terlibat di politik.
Sebagai pejuang hak-hak pendidikan untuk perempuan, akhirnya ia mendirikan sekolah. Pada tahun 1930 mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia (PERMI) dan, ia terlibat dalam gerakan Islam Modern bersama Soematra Thawalib.
PERMI merupakan gerakan yang dibangun kaum reformis Islam di Sumatra Barat yang dipengaruhi pemikiran nasionalis-Islam di Turki. Organisasi PERMI diperuntukan untuk perempuan sebagai jalan pendukung, terlebih untuk pendidikan agama kaum perempuan.
PERMI mengamali perkembangan, ribuan anggota perempuan terlibat di dalamnya. Hal ini tidak dapat lepas untuk senantiasa memperjuangkan derajat dan harkat perempuan, para perempuan mulai menyadari arti penting pendidikan dan berpolitik.
Sosok perempuan yang pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Ar-Rasyidiyah, ini memang perempuan yang memiliki kecerdasan dan kepandaian di usianya. Begitu pedulinya Rasuna Said terhadap perempuan, akhirnya pada tahun 1930 ia keluar dari sekolahan yang ia dirikan.
Ia mengatakan bahwa kemajuan kaum perempuan tidak hanya bisa didapatkan dari sekolah, akan tetapi juga perjuangan politik.
Sehingga ia pun terlibat aktif berpolitik dengan tujuan memasukan pendidikan politik dalam kurikulum di sekolah, tidak sampai disitu ia berharap pendidikan politik juga diterima di Madrasah Diniyah Putri. Namun perjuangannya tidak dapat menghasilkan, apa yang diusulkannya untuk memasukan pendidikan politik, ditolah.
Rasuna Said Tokoh Jurnalis Islam
Rasuna Said terdidik dalam kultur Islam yang kuat, iapun mendalami ilmu agama pada Haji Rasul atau yang dikenal dengan KH Abdul Karim Amrullah. Ia mendapatkan banyak hal saat mengaji sama Haji Rasul, terutama pemikiran Islam dan kebebasan berpikir.
Ia sempat terlibat perjuangan politik di Sarekat Rakyat (SR), ia menjabat sebagai sekretaris Cabang. Keterlibatannya dalam dunia poltik tidak dapat lebas juga dari kemampuan pidatonya yang luar biasa, terlebih jika ia berpidato tentang perlawanan terhadap pemerintahan Belanda.
Sehingga ia sempat dihukum oleh Pemerintah Belanda, karena Rasuna Said seringkali mengecam Pemerintah Belanda. Bahkan ia tercatat perempuan pertama yang mendapatkan hukuman Speek Delict yakni dihukum oleh sebab menentang Belanda.
Perjuangannya tidak hanya melalui pendirian sekolah dan aktif berorganisasi. Ia juga melakukan perjuangan melalui tulisan sebagai seorang jurnalis. Melalui tulisan-tulisan inilah Rasuna Said menkampanyekan perjuangan dan perlawanannya terhadap pemerintah Belanda.
Rasuna Said pada tahun 1935 menjadi pemimpin redaksi di Majalah Raya, Koran cetak yang dikenal radikal memperjuangkan perlawanan di Sumatera Barat. Gerakan Majalah ini dibungkam Belanda, namun tidak mensurutkan perjuagannya iapun pindah ke Medan pada tahun 1937.
Di kota Medan inilah ia mendirikan perguruan putrid an mendirikan Koran mingguan Menara Poetri yang menyeberkan gagasan dan pemikiran perlawanan. Koran mingguan yang berbicara problematika perempuan ini berusaha memasukan nilai-nilai pentingnya kesadaran pergerakan antikolonialisme.