Sama halnya dengan Front Pembela Islam (FPI). Sejak awal didirikan pada 17 Agustus 1998, FPI telah menyita perhatian. FPI melakukan aksi-aksi kekerasan yang mereka sebut-sebut sebagai jihad. FPI yang dibentuk oleh sejumlah habib, ulama dan aktivis muslim berhasil mengajak masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk menjadi bagian dari organisasi massa (ormas) ini.
Ditunjuknya Habib Rizieq Shihab sebagai imam besar adalah langkah tepat bagi FPI untuk mencapai tujuannya. Habib sendiri merupakan keturunan atau memiliki darah Nabi Muhammad SAW, sehingga banyak masyarakat yang kemudian ‘mendewakannya’. FPI pun berkembang menjadi ormas islam yang dipandang memiliki kekuatan besar. Tindakan brutal dan intoleren yang dilakukan FPI lama kelamaan meresahkan masyarakat, tapi tak ada satupun yang berani melawan. Bahkan pemerintah dan aparat penegak hukum kerap membiarkannya.
Tentu kita masih ingat bagaimana gerakan 212 pada gelaran Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu melakukan aksinya. Massa dari berbagai daerah berdatangan ke Jakarta. Seketika ibukota pun chaos. Sementara itu, media sosial tak kalah gaduhnya. Informasi hoax membanjiri grup-grup WhatsApp setiap hari, memprovokasi masyarakat untuk ikut-ikutan aksi. Rizieq Shihab dan FPI dicurigai sebagai aktor utama, tapi tidak ada yang mendindak tegas mereka.
Hingga pada November 2020, muncul Scorpio Man yang berani menurunkan sekitar 900 baliho Rizieq Shihab. Langkah ini banyak menerima ancungan jempol karena akhirnya ada orang yang berani melawan kekuasaan FPI. Laki-laki itu adalah Pangdam Jaya Meyjen Dudung Abdurachman. Lahir di Bandung, Jawa Barat pada 19 November 1965. Makanya dijuluki Scorpio Man.
Dudung memerintahkan anak buahnya untuk menurunkan baliho di sejumlah titik membuat FPI tak bisa berkutik. Aksi ini menginspirasi Nikita Mirzani untuk menurunkan baliho seorang diri dengan motor moge. Wajar jika kemudian penulis lebih tertarik menulis Dudung, bukan Nikita Mirzani atau Nicholas Saputra yang tak tertarik dengan panggung politik dan lebih memilih pergi ke hutan untuk menyelamatkan gajah.
Saat FPI meminta Satpol PP DKI untuk memasang kembali baliho Rizieq yang diturunkan, Dudung malah berkata seperti ini kepada wartawan Detik.com, “Kemudian karena diturunkannya Pol PP kemudian dihadang oleh FPI, kemudian didemo suruh pasang lagi. Lah emang dia siapa. Dia ini siapa, organisasi apa? Kok pemerintah yang jelas-jelas Pol PP kok ya, pemerintah itu jelas organisasinya ya, strukturnya sudah jelas, kok bisa takut mereka. Mereka (FPI) itu siapa?”