Munculnya grup-grup medsos yang mengarah pada unsur kekeluargaan adalah bentuk respons atas kondisi individualisme yang makin menguat. Dan banyak tayangan dan cerita pendek yang berbasis budaya lokal saya kira adalah bentuk kerinduan pada yang lama dan tradisional.
Modernisme memberi ruang luas pada individualisme dan materialisme, pada saat yang sama menjadi ruang hampa pada dimensi ruhaniah (spiritualitas). Ada kegersangan ruhani dan kekeringan hubungan antarmanusia yang berlanjut pada krisis makna pada kehidupan modern kita saat ini.
Khazanah makna-makna yang kaya pada masa silam mulai ditinggalkan sementara kehidupan baru tak memberikan jawaban atas persoalan itu. Keadaan atas surutnya yang lama dan tak menemukan makna-makna pada situasi baru, di situlah sebenarnya krisis sedang terjadi.
Pada saat krisis seperti ini ada kecenderungan romantik, orang ingin kembali mendapatkan kedamaian di masa lalu. Kehangatan, keharmonisan, keindahan, kebersahajaan dan ‘kepastian’ di masa lalu seperti sebuah kerinduan.
Namun itu pilihan tak mudah. Apa yang silam sering tidak tampil menarik. Dalam hal seni misalnya, produk seni budaya tradisional sering konservatif pada kelampauan, pada pakem lama yang tidak bisa diserap citarasanya pada masa kini. Meski dalam suasana krisis, masyarakat cenderung tak ingin balik lantaran yang silam tidak tampil menarik.
Di sinilah persoalan mesti dijawab. Pertama modernisasi tak menjawab kebutuhan batin masyarakat yang sudah dibentuk oleh sejarah dan kebudayaannya. Di sisi lain keberadaan tradisi tak tampil memberi jawaban yang memuaskan untuk masyarakat kembali pada pangkuan budaya.
Di sinilah tantangan besar para pejuang kebudayaan untuk menghidupkan kembali elan tradisi. Bukan semata mempertahankan yang lama, tapi berupaya keras menghadirkan kembali wajah baru tradisi di mana ia bisa hadir menarik pada masa kini dengan tetap membawa khazanah lama.
Kata kunci dalam membangun elan tradisi adalah kreativitas. Tepatnya penyesuaian kreatif. Tradisi, khususnya seni tradisi perlu mendapatkan sentuhan kreatif untuk menyesuaikan pada situasi situasi baru. Kerja kerja kreatif kebudayaan inilah yang saat ini dibutuhkan. []