Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Risiko Bergantung Secara Finansial pada Suami

Redaksi
×

Risiko Bergantung Secara Finansial pada Suami

Sebarkan artikel ini

Perempuan yang bergantung secara finansial cenderung tidak akan siap jika harus berpisah dari pasangannya. Yang akhirnya, ini bisa dimanfaatkan oleh laki-laki untuk berselingkuh.

BARISAN.CO – Survei YouGov 2021 menunjukkan, banyak perempuan bergantung pada pasangannya untuk bertahan secara finansial, meski mereka sendiri bekerja penuh waktu. Sementara, hal itu jauh lebih jarang dilakukan oleh laki-laki. Sebab, itulah perempuan cenderung berada dalam posisi yang lebih buruk jika pernikahan atau hubungannya berakhir.

Sekitar 21 persen perempuan mengatakan, mereka tidak akan dapat mengelola dengan baik jika harus berpisah dengan pasangannya. Ini mengindikasikan, perempuan lebih tergantung secara finansial kepada pasangannya, yang jika kepala rumah tangga tersebut kehilangan pekerjaan, jatuh sakit, atau tidak dapat bekerja, seluruh keuangan keluarga akan turut runtuh.

Penulis, Hasanudin Abdurakhman atau akrab disapa Kang Hasan dalam Fanspage-nya menyampaikan, banyak perempuan yang hanya bisa mengeluh saat ditelantarkan. Menurutnya, banyak juga perempuan muda yang hanya menyiapkan diri untuk menjadi istri yang bergantung pada suami.

Kang Hasan menerima banyak cerita dari perempuan-perempuan yang ditelantarkan suaminya, ada juga yang merasa tidak puasa karena suaminya pemalas. Namun, dia berpendapat, mereka hanya mengeluh.

“Dalam pikiran mereka, suami seharusnya bekerja giat, menghasilkan uang banyak, dan mereka jadi istri yang bahagia. Saya selalu bilang, kalau mau bahagia, jadilah orang merdeka,” tulisnya pada Sabtu (21/1/2023).

Menurut padangannya, orang merdeka adalah orang yang ketika menginginkan sesuatu, mereka mau dan bisa berjuang untuk mewujudkannya.

“Kalau keinginan dan harapanmu selalu kau gantungkan pada orang lain untuk memperjuangkannya, maka kau akan sulit bahagia. Tidak ada jaminan dia akan memperjuangkannya untukmu,” lanjutnya.

Begitu juga ketika harapan tidak tercapai, Kang Hasan menilai, mereka tidak akan bahagia. Dia pun menyarankan, agar perempuan berjuang dengan mencari uang.

“Ada jutaan perempuan lain yang menghasilkan uang, dengan berbagai cara. Kalau ada jutaan perempuan lain yang bisa, dan kau masih merasa tidak bisa, artinya kau bermasalah,” jelasnya.

Dia menambahkan, penderitaan yang saat ini mereka hadapi adalah kesalahan mereka sendiri, sehingga penting untuk membuang pikiran dalam menunggu dibahagiakan dan segala hal disediakan oleh pasangan.

“Cari uang itu soal gampang. Pikirkan apa yang dibutuhkan orang-orang di sekitarmu. Lalu pikirkan bagaimana kau dapat memenuhi kebutuhan itu. Sesederhana itu,” imbuhnya.

Kebanyakan perempuan bekerja hanya untuk sekadar mencari tambahan, Kang Hasan menilai, jika begitu, mereka tak siap menjadi pioneer yang merintis perjuangannya sendiri.

Dia menekankan, tak semua laki-laki itu pahlawan. Sebab, ada yang justru seorang pecundang.

“Pecundang paling buruk adalah yang mengencuki perempuan, memberinya anak, lalu tak menyediakan nafkah. Ia ngacir entah ke mana. Yang tak ngacir sama saja, tak kunjung memberi nafkah yang patut,” jelasnya.

Dia melanjutkan, ada pula jenis pecundang yang mau bertanggung jawab, mau bekerja, tapi tak kreatif.

“Kemauannya tak diwujudkan jadi rencana dan kerja nyata. Ia selalu merasa tak bisa,” sambungnya.

Maka, jika seperti itu, Kang Hasan menyarankan, agar perempuan segera bertindak dan melepaskan ketergantungan dari suaminya.

“Kalau dia tak sanggup bekerja mencari nafkah yang patut, kau yang bekerja. Kalau perlu, suruh dia mengurus rumah tangga. Kalau dia keberatan, tinggalkan dia. Jangan mau dibelit pelukan yang membuat kamu menderita seumur hidup,” tegasnya.

Meski mendapatkan suami yang baik, Kang Hasan mengungkapkan, perempuan juga harus bersiap karena kalau suaminya meninggal, maka itu mungkin sudah sangat telambat, sebab tak punya persiapan jauh-jauh hari.