SIAPAPUN sangat senang berfoto. Pengusaha berfoto dengan pejabat sudah biasa. Pejabat berfoto dengan pengusaha sangat lumrah. Pejabat berfoto dengan warga dianggap merakyat. Rakyat berfoto dengan pejabat apalagi diawali dengan drama dianggap sunguh sangat merakyat.
Tapi ternyata di zaman kiwari perfoto juga memiliki risiko. Bila foto bersama pejabat itu dipajang di dalam kantor tentu sangat bermanfaat. Paling tidak bisa menghindari pungli oleh pejabat di bawahnya kalau dia bertandang ke kantor sang pengusaha.
Bila foto bersama pejabat tersebut dipajang di warteg atau restoran. Foto pejabat itu bisa jadi penglaris atau testimoni atau menaikkan kewibawaan pemiliknya.
Tapi foto tersebut bisa juga menjadi malapetaka bagi sang pejabat bila disalahgunakan atau justru diviralkan oleh pihak ketiga yang memang ingin merusak citra sang pejabat. Apalagi bila pejabat tersebut dianggap pihak ketiga, dalam hal ini netizen, memposisikan dirinya sebagai sosok yang bersih dan suci.
Kasus foto bersama itu belakangan ini mendera Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Kepala Staf Kantor Kepresidenan Moeldoko. Foto kedua pejabat ini viral bersama seorang petinggi perusahaan minyak sawit yang sama. Komisaris perusahaan tersebut belum lama ini ditetapkan Kejaksaan Agung sebagai tersangka dalam kelangkaan minyak goreng di Indonesia. Masyarakat awam menyebut tersangka tersebut bagian dari mafia migor.
Sudah pasti kedua pejabat itu membantahnya. Khas pejabat dan sangat wajar bila isu atau berita tersebut mengganggu kedudukan, harga diri dan kredibilitasnya. Siapapun tidak enak dipersangkakan. Apalagi disebut-sebut ada hubungan khusus dengan pengusaha.
Nah, sesaat setelah foto senyum mengembang Luhut bersama Komisaris Utama PT Wilmar Nabati Indonesia, Master Parulian Tumanggor, beredar ke publik lewat medsos dan media arus utama sang pejabat pun langsung bereaksi.
Luhut tidak menjawab langsung tetapi disampaikan lewat juru bicaranya. Namun sang jubir tidak jelas apakah dalam posisi pribadi atau dalam posisi sebagai anak buah menteri. Kalau atas nama pribadi tidak berhak menerima fasilitas negara atau tidak elok berbicara menggunakan penerangan listrik yang dibiayai negara.
Kita anggap saja Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi dalam posisi jubir menteri kendati tanggapan dan kontennya bersifat pribadi.
Jodi menanggapi foto yang beredar menganggapnya sebagai sebuah kewajaran karena Master dan Luhut adalah dua teman atau sahabat. Dan, Luhut dipastikan Jodi tak terkait dengan kelangkaan migor.
Seperti dikutip dari Bisnis.com, Kira-kira seperti ini pernyataannya, “Foto sama teman kan biasa. Ada kader (Partai) Demokrat yang komentar mengaitkan dengan kasusnya, padahal Pak Luhut foto bareng sama kader-kader Demokrat juga ada kok. Kalau teman ya teman aja.”
Diduga foto tersebut diambil di ruangan Luhut. Dalam foto tersebut tampak Luhut duduk di sofa dan Master berdiri di sampingnya. Keduanya tersenyum.
Begitu juga Moeldoko. Tokoh atau pengusaha dalam foto juga masih sama yaitu Master Parulian Tumanggor. Kali ini Moeldoko menjawab sendiri tudingan tersebut.
Moeldoko mengaku hanya kenal dalam sebuah acara dengan Master. Menurutnya siapapun bisa berdekatan dan berfoto. Setelah itu Moeldoko tak pernah berhubungan lagi. Pertemuan tersebut disebutkan di Djakarta Theatre saat menyaksikan penghitungan suara dalam Pilpres 2019.
“Sekedar kenal saja. Mulai saat itu sampai sekarang enggak pernah ketemu,” kata Moeldoko seperti dikutip dari Kompas.com.
Apapun pembelaan Luhut dan juga Moeldoko seperti menggarami laut. Netizen tetap tak percaya dengan pembelaan mereka dan mereka punya persepsi dan asumsinya sendiri.