Selain rasa sakit yang dialami karyawan, budaya beracun juga membebankan biaya yang mengalir langsung ke lini bawah organisasi. Ketika atmosfir beracun membuat pekerja sakit, misalnya, majikan mereka biasanya menanggung biayanya.
Di antara pekerja Amerika Serikat dengan tunjangan kesehatan, dua pertiganya memiliki biaya perawatan kesehatan yang dibayar langsung oleh pemberi kerja mereka. Dengan satu perkiraan, tempat kerja yang tidak sehat menambah biaya perawatan kesehatan karyawan sebesar $16 miliar pada tahun 2008.
Sedangkan, menurut sebuah studi dari Society for Human Resource Management, satu dari lima karyawan meninggalkan pekerjaan pada suatu saat dalam karir mereka karena budaya beracunnya.
Survei tersebut, yang dilakukan sebelum pandemi, konsisten dengan temuan MIT bahwa budaya beracun adalah prediktor terbaik dari sebuah perusahaan yang mengalami pengurangan karyawan yang lebih tinggi daripada keseluruhan industrinya selama enam bulan pertama Pengunduran Diri Hebat.
Gallup memperkirakan, biaya penggantian karyawan yang berhenti dapat berjumlah hingga dua kali gaji tahunan mereka jika semua biaya langsung dan tidak langsung diperhitungkan. Ini mengindikasikan, perusahaan dengan budaya beracun tidak hanya akan kehilangan karyawan, mereka juga akan berjuang untuk menggantikan pekerja yang keluar.
Biaya lain dari budaya beracun lebih sulit dihitung, tetapi masih bisa bertambah. Karyawan yang sangat tidak terlibat hampir 20% kurang produktif daripada rekan mereka yang terlibat karena mereka berusaha lebih sedikit dan melewatkan lebih banyak hari kerja. Hampir separuh karyawan yang merasa tidak dihargai di tempat kerja mengaku mengurangi upaya dan waktu yang dihabiskan di tempat kerja.
Meskipun tidak ada definisi yang jelas dan konsisten tentang apa yang membuat tempat kerja “beracun”, ada beberapa faktor kunci yang harus diperhatikan.
“Tempat kerja yang beracun adalah konteks di mana perilaku kasar hampir dinormalisasi,” kata Thomas Roulet, seorang profesor teori organisasi di University of Cambridge Judge Business School, dikutip dari BBC.
Dia menambahkan, ini tentang bagaimana orang berperilaku buruk dan orang lain terpengaruh.
“Tempat kerja yang beracun sering juga dipenuhi dengan perilaku politik, individu yang mencoba mendapatkan pengaruh tanpa memikirkan konsekuensi bagi kolaborator mereka,” tambahnya.
Lalu, apa saja tanda budaya beracun di perusahaan? Tanda-tandanya kurang lebih sebagai berikut;
- Karyawan merasa tidak nyaman menghabiskan waktu satu jam penuh untuk makan siang
- Sedikit percakapan seputar kesehatan mental
- Tidak dapat mengatakan ‘tidak’ dan melakukan terlalu banyak pekerjaan
Gemma juga menambahkan, budaya tempat kerja beracun di industri keuangan ini tidak hanya memengaruhi organisasi dari sudut pandang merek, tetapi juga dapat memengaruhi daya tarik investor dan menimbulkan tantangan saat ingin menarik talenta baru.