Bidang ini telah mengalami pertumbuhan dramatis dalam beberapa tahun terakhir karena semakin banyak orang yang tertarik pada cabang psikologi terapan ini.
BARISAN.CO – Awal mula psikologi forensik diperkenalkan pada tahun 1879, ketika Wilhelm Wundt, yang sering disebut sebagai bapak psikologi mendirikan laboratorium pertamanya di Leipzig, Jerman.
Wundt memperjuangkan dan menyempurnakan metode eksperimental dalam psikologi. Metodelogi yang ketat ini memberikan kerangka bagi seluruh penyelidikan psikologis terapan diantaranya masalah hukum tertentu. Misalnya , pada 1890-an James McKeen Cattell melakukan beberapa penelitian paling awal tentang psikologi kesaksian.
Cattel mengajukan serangkaian pertanyaan kepada mahasiswa di Universitas Columbia, meminta mereka memberikan tanggapan dan menilai tingkat kepercayaan mereka terhadap jawaban mereka.
Cattel kemudian menemukan tingkat ketidakakuratan yang mengejutkan, sehingga menginspirasi psikolog lain untuk melakukan eksperimen mereka sendiri dalam kesaksian saksi mata.
Bahkan, ketika para saksi mata merasa tidak yakin dengan diri mereka sendiri, hal ini menimbulkan permasalahan serius mengenai validitas kegunaannya di pengadilan.
Terinspirasi karya Cattell, Alfred Binet mereplikasi penelitian tersebut dan mempelajari hasil eksperimen psikologi lain yang diterapkan pada hukum dan peradilan pidana. Karyanya dalam pengujian intelijen juga penting bagi perkembangan psikologi forensik karena banyak alat penilaian masa depan didasarkan pada karya Binet.
Psikolog William Stern juga mempelajari kemampuan saksi dalam mengingat informasi. Pada salah satu eksperimennya, Stern meminta siswa untuk merangkum perselisihan yang mereka saksikan antara dua teman sekelasnya.
Stern menemukan kesalahan yang umum terjadi di antara para saksi dan menyimpulkan bahwa emosi seseorang dapat mempengaruhi seberapa akurat dia mengingat sesuatu.
Dia terus mempelajari isu-isu yang berkaitan dengan kesaksian pengadilan dan kemudian mendirikan jurnal akademis pertama yang ditujukan untuk psikologi terapan.
Nama lain yang tidak boleh dilewatkan adalah Hugo Munsterberg, Dia, seorang psikolog Jerman yang pindah ke Amerika Serikat pada 1892. Dia kemudian memulai laboratorium psikologi di Universitas Harvard untuk mempelajrai ketidakakuratan, bias dan penyimpangan ingatan dari kesaksian saksi mata atas suatu kejahatan.
Merasa terkejut dengan kurangnya ingatannya akan detail ketika diinterogasi setelah rumahnya dibobol membuat Munsterberg memperoleh ilham dan menerbitkan bukunya berjudul On The Witness Stand pada 1908.
Visioner penting lainnya dalam sejarah psikologi forensik yaitu William Marston, yang juga murid dari Munsterberg. Dalam penelitiannya, Marston mengembangkan penipuan tekanan darah sistolik pertama (alat pendeteksi kebohongan).
Saat ini, psikolog forensik tidak hanya tertarik untuk memahami mengapa perilaku tersebut terjadi, namun juga membantu meminimalkan dan mencegah tindakan tersebut.
Dalam buku Psikologi Forensik karya Jack Kitaeff disebutkan, kesaksian psikologis sering kali mengambil bentuk sindroma atau profil psikologis yang sering disebut dengan soft science (ilmu pengetahuan lunak). Sementara, ilmu-ilmu fisik disebut sebagai hard science.
Sering kali ada pertentangan antara psikologi dan hukum akibat perbedaan fundamental dalam bagaimana masing-masing bidang menarik kesimpulan dan melihat kebenaran.
Bidang ini telah mengalami pertumbuhan dramatis dalam beberapa tahun terakhir karena semakin banyak orang yang tertarik pada cabang psikologi terapan ini.
Film, program televisi, dan buku populer telah membantu mempopulerkan bidang ini, sering kali menggambarkan pahlawan brilian yang menyelesaikan kejahatan keji atau melacak pembunuh menggunakan psikologi.