Terkini

Selain Mubazir, Rokok Dapat Membuat Orang Jatuh Miskin

Anatasia Wahyudi
×

Selain Mubazir, Rokok Dapat Membuat Orang Jatuh Miskin

Sebarkan artikel ini

Banyak orang yang ingin berhenti merokok dimotivasi karena banyaknya uang yang terbuang sia-sia.

BARISAN.CO – Belanja rokok dianggap pemborosan, bahkan para ahli berpendapat, zat adiktif yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan, orang menjadi jatuh miskin.

Di Indonesia, ahli juga menilai, konsumsi rokok merupakan pengeluaran mubazir yang seharusnya dapat dibelanjakan untuk memenuhi gizi.

Sementara, sebuah penelitian baru mengungkapkan, studi terhadap 2.000 orang dewasa di Inggris Raya yang menggunakan produk nikotin termasuk perokok menemukan, 67 persen di antaranya mengakui telah membuang-buang uang, tetapi tiga perempatnya telah gagal dalam upaya mereka untuk berhenti merokok. Dari mereka yang ingin berhenti, 74 persen mengatakan uang adalah motivasi utamanya, baru kemudian, meningkatkan kesehatan mereka.

Rokok adalah sumber utama nikotin, dengan rata-rata perokok menghabiskan US$2.685 atau sekitar Rp39,5 juta untuk rokok tiap tahunnya. Ini dikarenakan harga rokok per bungkus di sana sekitar 7,87 Euro atau sekitar Rp127.800.

Christian Woolfenden, direktur pelaksana Philip Morris Limited, yang menugaskan studi untuk Unsmoke UK mengatakan, kita akan terkejut melihat angka-angka tersebut.

“Kebanyakan orang akan senang dengan peningkatan uang tunai lebih dari $100.000, namun melihatnya menghilang sedikit demi sedikit untuk rokok dapat dihindari dengan berhenti. Masih ada lebih dari enam juta perokok di Inggris, tetapi ada banyak sumber daya untuk membantu,” jelasnya seperti dilansir dari Study Finds.

Hampir setengah dari perokok Inggris (47%) tidak menyadari, sejak tanggal 15 Maret lalu, harga sebungkus rokok berisi 20 batang akan naik dari 6,96 Euro menjadi 7,87 Euro.

Begitu mereka mengetahuinya, 45 persen lebih cenderung untuk mencoba dan berhenti merokok untuk selamanya. Hampir tiga dari 10 (29%) diminta untuk berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir oleh pasangannya. Sedangkan, 22 persen telah menerima permintaan dari orang tua dan anak-anak dan 20 persen lainnya telah disarankan oleh seorang profesional medis untuk menghentikan kebiasaan tersebut.

“Berhenti selalu merupakan pilihan terbaik, tetapi bagi mereka yang tidak berhenti, beralih ke alternatif bebas rokok dapat memberikan penghematan besar bagi perokok, serta secara dramatis mengurangi tingkat bahan kimia berbahaya yang terpapar pada mereka,” tambah Woolfenden.

Sialnya, data Truth Initiative meyebut, hampir 3 dari 4 perokok berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah. Jauh dari kebetulan, statistik ini mengungkapkan strategi industri tembakau untuk menarik konsumen berpendapatan rendah dan berpendidikan rendah.

Perusahaan tembakau telah menargetkan populasi berpenghasilan rendah dengan berbagai cara selama bertahun-tahun, menciptakan perbedaan tingkat merokok yang sebelumnya tidak ada. Faktanya, tingkat merokok lebih tinggi di antara mereka yang berpendidikan lebih tinggi pada tahun 1940, sebelum efek kesehatan dari merokok diketahui secara luas dan sebelum industri mulai menargetkan individu berpenghasilan rendah.

Penggunaan tembakau di rumah tangga miskin memperburuk kemiskinan. Uang untuk membeli rokok malah meningkatkan biaya perawatan kesehatan, mengurangi pendapatan, dan menurunkan produktivitas. Di saat bersamaan, pengeluaran untuk produk tembakau mengalihkan sumber daya keluarga yang terbatas dari pengeluaran untuk kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal, belum lagi perawatan kesehatan dan pendidikan.