Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Setop Kekerasan Pada Anak! Yuk Kenali Penyebabnya

Redaksi
×

Setop Kekerasan Pada Anak! Yuk Kenali Penyebabnya

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Sebagian anak-anak di beberapa daerah kini mengalami ancaman ganda selama pandemi. Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mengatakan bahwa, kasus kekerasan pada anak tetap tinggi di masa pandemi.

Adanya pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) saat pandemi, anggota keluarga baik orang tua maupun anaknya mengalami hari yang panjang di rumah. Konflik tidak terduga sering kali terjadi di tengah-tengah keluarga, lantaran rasa bosan, jenuh hingga penat yang dialami.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa, sebagian besar kekerasan terhadap anak terjadi pada keluarga dengan kondisi sosial-ekonomi yang rendah. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Ya, hal ini terjadi lantaran tekanan sosial-ekonomi seperti adanya utang yang wajib dibayar, rendahnya kemampuan ekonomi, dan faktor lainnya yang menyebabkan tingkat stres pada orang tua.

Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), jumlah kekerasan pada anak tahun 2021 data Januari-September sebanyak 9.428 kasus. Kasus ini terdiri dari kekerasan fisik 2.274, psikis 2.332, seksual 5.628, eksploitasi anak 165, Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) 256, penelantaran 652, dan kasus kekerasan lainnya sebanyak 1.270.

Rendahnya pengetahuan akan strategi pengasuhan tanpa kekerasan fisik dan kebiasaan memberlakukan hukuman fisik dalam interaksi sosial sehari-hari dinilai sebagai faktor utama dalam kekerasan pada anak.

Dengan demikian, anak-anak yang mengalami kekerasan tersebut akan menimbulkan kekhawatiran bagi kesehatan mentalnya. Ada penelitian di Hubei China menemukan bahwa, anak-anak yang mengalami proses PJJ selama pandemi menunjukkan beberapa tanda-tanda tekanan emosional.

Lebih parahnya lagi, anak-anak tersebut 22,6 persen mengalami gejala depresi dan 18,9 persen mengalami kecemasan. Melihat berbagai fenomena di atas, diperlukan beberapa upaya yang strategis dalam menguatkan fungsi dan peran keluarga khususnya antara orang tua dan anak.

Tentunya ini bukan hal yang mudah, namun dengan upaya memaksimalkan kerjasama sedini mungkin dan memperkokoh peran antara orang tua dan anak diharap bisa menjadi jalan keluar setiap masalah yang ada.

Semoga ke depannya kasus kekerasan pada anak yang melibatkan orang tua selama pandemi ini bisa diminimalisasi sampai ke titik terendah. [rif]