Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Kolom Risalah

Santri dan Semangat Anti-Kolonialisme

:: M Chozin Amirullah
3 November 2021
dalam Risalah
Santri dan Semangat Anti-Kolonialisme

Ilustrasi: unsplash.com/Mufid Majnun

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

JANGAN DILIHAT santri dalam konteks sekarang. Mari kita lihat santri pada pra-era kini. Waktu itu, santri adalah sebuah kata yang kurang dikenal publik modern Indonesia. Jikapun dikenal, kata itu asosiatif dengan nada peyoratifnya sebagai kaum sarungan, sederhana (sebagai penghalusan dari ‘lugu’), apa adanya, ndeso, kurang fasih berbahasa Indonesia, dan tidak akrab (untuk tidak mengatakan anti) pemerintah.

Oleh Clifford Geertz, kata santri bahkan dikontraskan dengan kaum abangan yang sudah terlebih dahulu beradaptasi dengan ke-moderen-an.

Saya ajak Anda mereflkesikan paragraf di atas dengan pengalaman pribadi saya. Saya barangkali, satu di antara sekian ribu dan juta generasi muda Indonesia yang terlahir dan tumbuh dari lingkungan santri. Terlahir dari seroang ayah perintis dan mengelola sebuah pesantren tradisonal, sudah sejak lahir saya terbaptis sebagai seorang ‘santri’.

Sejak kecil selalu skeptis denga apa-apa yang berbau modernisme, kebarat-baratan, dan apalagi pemerintah. Sekolah umum (non-madrasah/pesantren) adalah jalan masuk menuju kehidupan sekuler yang jauh dari nilai-nilai agama.

BACAJUGA

Pesantren Teroris

Jangan Sampai Publik Anggap Pesantren Sarang Teroris

4 Februari 2022
Pesantren alam

Sistem dan Prinsip Pengajaran di Pondok Pesantren

5 November 2020

Pesantren mustinya sudah cukup dengan kitab-kitab kuning tanpa perlu dicampuri dengan kurikulum infiltrasi dari ‘Barat’. Pesantren yang membuka kelas-kelas pendidikan umum bagi kami adalah latah, mereka akan terkooptasi oleh sistem modernisme menjauhkan dari nilai-nilai agama.

Saya masih ingat, suatu saat saya diterima di sebuah SMA favorit di kota, saya sama sekali tak merasa bangga. Karena saya tak menganggap pendidikan sekolah lebih penting dari pada pendidikan pesantren.

Pun saat diterima di sebuah perguruan tinggi negeri paling bergengsi di Yogyakarta, hampir tak ada teman santri atau keluarga yang memberikan selamat. Sebab meraka tak paham apa itu universitas? Bahkan mereka khawatir saya akan kehilangan ke-santriannya, hidup secara modern yang sekuler, dan menjadi kolaborator pemerintah.

Dogma anti modernisme dan pemerintah itu tertanam kuat, sehingga saya tak pernah bercita-cita menjadi pegawai negeri. Alasannya, sebagaimana yang diajarkan oleh para senior-santri saya: berprofesi pegawai negeri berarti makan gaji, yang uangnya diambil dari pajak barang halal dengan barang haram, digabung. Rezekinya tidak bersih, subhat!

Setidaknya itulah pemahaman saya saat menjadi santri kecil waktu itu. Ayah saya bahkan membuktikan jalan hidupnya yang anti mainstream itu dalam kehidupan sehari-hari. Ia mendirikan pesantren dengan sama sekali tak mau mendapatkan bantuan dari pemerintah, sepenuhnya dari hasil usaha mandiri di bidang pertanian dengan tenaga kerja murah dari pengabdian para santrinya.

Pun, pernah suatu saat, tahun 1970-an saat negeri ini masih kekurangan guru SD, ia ditawari untuk menjadi guru negeri, ia menolak.

Saya kira, sikap-sikap di atas adalah residu dari sikap-sikap anti-kolonialisme santri. Beratus tahun pesantren (dengan para santrinya) hidup dalam resistensi melawan kolinalisme. Sikap-sikap anti modernisme, menjauhi materialisme, dan bahkan anti-pemerintah adalah sikap-sikap perlawanan waktu itu. 

Tak mau sekolah umum, tak mau kuliah, dan tak mau bekerja di pemerintah adalah sikap-sikap anti pemerintah Hindia-Belanda. Namun, pasca-kemerdekaan, sikap-sikap itu telanjur menjadi cara hidup kaum santri dan pesantren. Sebenarnya saya beruntung menjadi santri (tradisional) sehingga setidaknya bisa merasakan nuansa ratusan tahun perlawan (non-senjata) kaum santri terhadap kolonialisme.

Tapi kini zaman berubah. Pasca diresmikannya Hari Santri oleh Presiden Jokowi, kata santri memiliki makna yang outstanding, penuh tepuk-tangan.

Santri tak lagi dipandang sebagai kategori yang anti kemapanan dan anti-kemoderenan. Santri bahkan menjadi kebanggan dan simbol eklektisme pendidikan ala nusantara yang mampu melakukan domestikasi terhadap apapun yang dianggap berasal dari luar, dan lalu dikawinkan (baca: dikayakan) dengan kekayaan nilai budaya nusantara. [dmr]

Editor: Ananta Damarjati
Topik: Hari Santri Nasional (HSN)Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
M Chozin Amirullah

M Chozin Amirullah

Ketua Gerakan Turuntangan | Menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Gadjah Mada, melanjutkan pascasarjana di Ohio University, USA | Pernah mendapatkan amanah sebagai Ketua Umum PBHMI 2009/2011

POS LAINNYA

hadits tentang senyum
Risalah

Hadits Tentang Senyum: Sedekah Penuh Pahala

10 Agustus 2022
qod kafani
Risalah

Qod Kafani: Lirik Arab, Latin dan Terjemah

4 Agustus 2022
Video Momen Khidmat Anies Baswedan Menikahkan Putrinya dengan Saleh Alhuraiby
Risalah

Ijab Qabul Anies Dinyiyirin Ruhut Sitompul, Begini Hukum Akad Nikah Menggunakan Bahasa Arab

31 Juli 2022
dzikir malam
Risalah

Dzikir Malam, Amalan Nabi Dibaca Sebelum Tidur

30 Juli 2022
sujud syukur
Risalah

Sujud Syukur: Tata Cara dan Doa Lengkap

29 Juli 2022
doa akhir dan awal tahun
Risalah

Tahun Baru Islam 30 Juli, Inilah Bacaan Doa Akhir dan Awal Tahun

28 Juli 2022
Lainnya
Selanjutnya
Indeks Kinerja Lingkungan Tertinggi di ASEAN, Bagaimana Singapura Mendapatkannya?

Indeks Kinerja Lingkungan Tertinggi di ASEAN, Bagaimana Singapura Mendapatkannya?

Mari Evaluasi Ucapan Presiden Jokowi yang Mengklaim Sukses Atasi Karhutla

Mari Evaluasi Ucapan Presiden Jokowi yang Mengklaim Sukses Atasi Karhutla

TRANSLATE

TERBARU

Ilham Habibie Beberkan 3 Teknologi yang Paling Dibutuhkan Indonesia

Ilham Habibie Beberkan 3 Teknologi yang Paling Dibutuhkan Indonesia

14 Agustus 2022
Lima Prinsip Relawan ANIES

Lima Prinsip Relawan ANIES

14 Agustus 2022
Demokrasi atau Democrazy, Kasus Indonesia dan Amerika

Demokrasi atau Democrazy, Kasus Indonesia dan Amerika

14 Agustus 2022
jakarta kota yang nyaman

Cerita Orang Jepang: Jakarta Kota yang Nyaman

14 Agustus 2022
potensi diri

6 Langkah Mengenali Potensi Diri, Saatnya Raih Kesuksesan

14 Agustus 2022
Assasin

Assasin – Cerpen Noerjoso

14 Agustus 2022
Salman Rushdie Selamat, Pelaku Didakwa Penyerangan dan Pembunuhan Berencana

Salman Rushdie Selamat, Pelaku Didakwa Penyerangan dan Pembunuhan Berencana

14 Agustus 2022

SOROTAN

Lima Prinsip Relawan ANIES
Opini

Lima Prinsip Relawan ANIES

:: Redaksi
14 Agustus 2022

Oleh: Laode Basir, Koordinator Relawan ANIES Satu simpul relawan yang makin aktif mendukung pencalonan Anies Baswedan sebagai Presiden menyebut dirinya...

Selengkapnya
Filosofi Pohon

Filosofi Pohon

11 Agustus 2022
Kaum Khawarij Modern

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

9 Agustus 2022
Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

1 Agustus 2022
satu abad chairil anwar

Satu Abad Chairil Anwar, Puisi dan Doa

26 Juli 2022
Film Invisible Hopes

Film Invisible Hopes Mengungkap Sisi Gelap Anak-Anak yang Lahir di Jeruji Penjara

23 Juli 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang