Scroll untuk baca artikel
Opini

Soal Gita Savitri & Sulitnya Kita Menghargai Pilihan Hidup Orang Lain

Redaksi
×

Soal Gita Savitri & Sulitnya Kita Menghargai Pilihan Hidup Orang Lain

Sebarkan artikel ini

ADALAH keniscayaan jika satu atau sekelompok orang tidak menyukai pendapat pribadi yang disampaikan di ruang terbuka. Namun, bila ketidaksukaan itu berujung konflik, hujatan, dan bulan-bulanan tanpa henti, ini menandakan betapa fondasi kebebasan berpendapat di tengah sebuah masyarakat masih belum kokoh.

Belakangan hari, nama influencer sekaligus penulis buku, Gita Savitri ramai diperbincangkan. Ia viral atas pendapatnya yang menyebut bahwa tak punya anak akan membuat awet muda.

Alright. Entah benar atau tidak karena belum ada bukti ilmiah, tak ada salahnya untuk mencoba memahami posisi Gita.

Gita Savitri berpegang pada prinsip childfree. Dia tak ingin memiliki anak. Prinsip ini terdengar sepenuhnya subjektif. Namun, ada banyak alasan mulai dari kesehatan, ekonomi, hingga lingkungan yang menyebabkan prinsip childfree cocok bagi sebagian orang.

Yang menarik, saat melihat komentar warganet di media sosial, banyak yang justru menghujat Gita Savitri atas pilihan hidupnya sendiri. Padahal, jauh sebelum viral saat ini, ia berulang-ulang kali sudah mengatakannya.

Saat ini, sekadar setuju atau tidak setuju dengan postingan online dapat menjadi sesuatu yang menakutkan, meski mereka sebelumnya tidak sama sekali tahu nama kita. Di utas media sosial, diskusi sederhana dapat dengan mudah berubah menjadi perdebatan sengit.

Kita lihat, inilah yang salah dengan dunia saat ini. Dalam banyak hal kita sering merasa ingin suara kita didengar, namun kita sendiri kehilangan kemampuan untuk mendengarkan apa yang orang lain katakan.

Memiliki anak artinya harus punya tanggung jawab besar. Bukan hanya soal biaya hidup yang pasti akan bertambah. Namun, sekali lagi, ada banyak alasan termasuk juga kesiapan mental perlu diprioritaskan.

Kita dapat menyaksikan di media, banyak orang tua karena stress, mereka menyakiti, bahkan tak jarang membunuh anaknya sendiri. Hal inilah yang begitu mengkhawatirkan. Sementara, beberapa orang justru merasa tidak peduli.

Padahal, ada satu pepatah terkenal, “Membesarkan seorang anak dibutuhkan satu kampung.” Artinya, lingkungan tidak boleh lepas tangan begitu saja. Namun, apakah para tetangga akan mau melakukannya? Belum tentu.

Bagi saya, berhentilah memperdebatkan hal yang tidak perlu. Ini soal pilihan hidupnya. Ini tentang tubuhnya.

Seiring bertambahnya usia, kita diharapkan mengembangkan rasa hormat untuk seluruh pribadi. Menghormati pendapat bukanlah seni yang mudah sama sekali. Itu membutuhkan harga diri, pengendalian diri, kepekaan, toleransi, keadilan, dan kemurahan hati. Dan itu berlaku baik untuk pendapat yang dinyatakan maupun pendapat yang tidak terucapkan.

Menghargai pendapat orang lain bukan berarti tidak jujur ​​dengan pendapat kita sendiri. Itu hanya mengharuskan kita untuk menyadari bahwa orang lain berhak untuk memandang dunia secara berbeda dan bahwa ketika mereka berbagi pandangan dengan kita, mereka dapat mengharapkan dunia yang adil.

Sehingga, apa pun pilihan hidup yang orang lain ambil termasuk Gita Savitri, kita sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menggunjingnya.

Saya sendiri tidak mau ambil pusing, bukan karena saya liberal, namun seperti yang dikatakan Voltaire, “Aku tidak setuju apa yang kau bilang, tapi aku akan membela mati-matian hakmu untuk menyampaikan pendapatmu”. [dmr]