Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Solusi Untuk Mengatasi Banjir: Benahi Dulu Sumbernya

Redaksi
×

Solusi Untuk Mengatasi Banjir: Benahi Dulu Sumbernya

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Senin malam, (21/9), hujan deras yang mengguyur Kota Bogor membuat tinggi muka air Sungai Ciliwung di bendung Katulampa mengalami kenaikan. Hal itu menyebabkan status Bendung Katulampa menjadi siaga 1 dengan tinggi muka air mencapai 250 cm. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut akan ada kemungkinan air kiriman dari Bogor ke Jakarta.

Menurut ahli hidrologi, Yanto, PhD, kerusakan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sudah berlangsung sejak lama. Ia menyampaikan yang terjadi pada Senin malam itu adalah efek dari perubahan tata guna lahan di hulu Ciliwung selama ini.

Di malam yang sama, pabrik Aqua yang berlokasi di kecamatan Cicurug, Sukabumi mengalami banjir bandang akibat dari meluapnya Sungai Citarik-Cipeuncit.

“Kerusakan hulu DAS juga memengaruhi aliran selatan di Cidahu Sukabumi yang di mana hulunya sama-sama berasal dari wilayah Gunung Gede Pangrango,” ujar Yanto.

Yanto berpendapat untuk menyelesaikan masalah banjir, perlu untuk membenahi sumbernya terlebih dahulu.

“Kalau sumbernya tidak diperbaiki, maka persoalan banjir akan terus terjadi. Oleh karena itu, bagian hulu seharusnya mendapatkan prioritas penanganan. Hilir hanya bersifat menerima dampak dari kerusakan di bagian hulu,” kata akademisi Universitas Jenderal Soedirman tersebut.

Mengutip dari mongabay.co.id, Kalimantan Tengah diterjang banjir. Sejumlah daerah terendam seperti Lamandau, Katingan, Seruyan, Kotawaringin Timur, Gunung Mas, Murung Raya, dan Kapuas. Status tanggap darurat banjir pun diberlakukan di provinsi tersebut mulai dari 11 hingga 26 September 2020. Pemerintah Kalteng menyalurkan 20 ribu paket bantuan ke lokasi bencana baik melalui udara maupun darat. Banjir sangat mungkin terjadi disebabkan akibat rusaknya hutan di bagian hulu sehingga kemampuan hutan untuk menampung dan menyerap air hujan sangat kecil.

Sependapat dengan pernyataan tersebut, Yanto PhD menilai persoalan banjir di manapun termasuk di Kalimantan, berawal dari rusaknya ekosistem pada daerah sumber air.

“Selama ini, Kalimantan tidak termasuk daerah rawan banjir. Namun karena terus terjadinya penebangan liar, perubahan lahan dari hutan menjadi lahan terbuka karena kebakaran gambut terjadi setiap tahun, maka semakin banyak daerah terbuka yang memiliki laju limpasan air di permukaan semakin tinggi. Akibatnya, ya banjir. Jadi, kunci untuk membenahi banjir ialah benahi sumbernya,” tutur Yanto yang saat ini mengajar di Universitas Pertahanan juga.

Pria asal Blora ini pun memberikan saran untuk menanggulangi persoalan banjir. Pertama, perbaiki kebijakan tata ruang dengan mempertimbangkan analisis risiko bencana termasuk bencana banjir. Kedua, taati kebijakan tata ruang. Tidak boleh ada pelanggaran. Ketiga, restorasi DAS dengan menanam jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk setiap wilayah.

“Misal untuk daerah dataran tinggi, sebaiknya hanya ditanami tanaman tahunan, berbatang dan rimbun. Bukan ditanami oleh tanaman musiman,” tutupnya.