Scroll untuk baca artikel
Risalah

Syair Al Hikam Ibnu Attaillah tentang Kehidupan, Teks Arab dan Artinya

Redaksi
×

Syair Al Hikam Ibnu Attaillah tentang Kehidupan, Teks Arab dan Artinya

Sebarkan artikel ini

Syair Al Hikam merupakan kata-kata bijak Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari dalam maqolah Kitab Al-Hikam dilengkapi teks arab dan artinya.

BARISAN.CO – Syair berasal dari bahasa Arab dari akar kata syi’ir atau syu’ur yang memiliki arti perasaan yang menyadari. Sedangkan syair sendiri berasal dari Persia, yang kemudian dikenal juga sebagai puisi.

Sedangkan syair Al Hikam merupakan puisi yang diambil dari maqolah kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari. Syair al hikam adalah kata-kata bijak untuk para pesalik yakni seseorang yang menjalani laku ilmu tasawuf.

Kata-kata bijak Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari berisi berbagai hal tentang kehidupan. Berikut ini syair Al Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari teks arab dan artinya:

مِنْ علاماتِ الا ِعْتِمادِ عَلىَ العَملِ نـُقـَصَانُ الرَّجاءِعِنْدَ وُجُوْدِ الزَّلل

Sebagian dari tanda bahwa seorang itu bergantung pada kekuatan amal dan usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan atas rahmat dan karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan dan dosa.”

إرادَتـُكَ التَجْرِيْدَ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى الاَسْبَابِ مِنَ الشَهْوةِ الخفِيَّةِ، وَإرادَتـُكَ الاَسْبَابِ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى التَجْرِيْدَ اِنْحطاط ٌ عن الهِمَّةِ العَليَّةِ

Keinginanmu untuk tajrid (hanya beribadat saja tanpa berusaha untuk dunia), padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha (asbab), maka keinginanmu itu termasuk nafsu syahwat yang samar (halus). Sebaliknya keinginanmu untuk berusaha (asbab), padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan orang yang harus beribadat tanpa kasab (berusaha), maka keinginan yang demikian berarti menurun dari semangat yang tinggi”.

سَوَابِقُ الهِماَمِ لاَ تَحْرِقُ اَسْوَرَالاَقْدَارِ

Kerasnya himmah /semangat perjuangan, tidak dapat menembus tirai takdir.”

اَرِحْ نَفْسَكَ منَ التـَدْ بـِيْرِفماَ قامَ بهِ غيرُكَ عَنْكَ لا تقـُمْ بهِ لنـَفـْسك

Istirahat dirimu/pikiranmu dari kesibukan mengatur kebutuhan duniamu, sebab dari apa yang telah diatur oleh selain kamu (yaitu Allah), tidak perlu engkau ikut sibuk memikirkannya.”

اِجْتِهادُكَ فيمَا ضُمنَ لكَ وتقـْصِيرُكَ فيماَ طُلبَ منكَ دَلِيلٌ على انطِماسِ البَصِيْرَةِ منكَ

“Kesungguhanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, di samping kelalaianmu terhadap kewajiban yang di amanatkan kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu (bashirah).”

لاَيَكُنْ تأخُرَ أمَدِ العَطَاءِ معَ الاِلحاحِ فى الدُعاءِموجِباً لِياءسِكَ

فهُوَ ضَمن لكَ الاِجاَبة َ فيماَ يختَاَرُهُ لكَ لا فيمَا تَختاَرُلِنفْسِكَ وَفى الوَقتِ الَّذى يُرِيدُ لاف الوقتِ الذى تـُريدُ

Janganlah keterlambatan waktu pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau bersungguh-sungguh dalam berdoa menyebabkan putus harapan, sebab Allah telah menjamin dan menerima semua doa dalam apa yang ia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu, dan pada waktu yang ditentukan Allah, bukan pada waktu yang engkau tentukan.”