Scroll untuk baca artikel
ragam

Nasehat Umar bin Khattab Tentang Kehidupan dan Menjaga Kebaikan Diri

Avatar
×

Nasehat Umar bin Khattab Tentang Kehidupan dan Menjaga Kebaikan Diri

Sebarkan artikel ini
Nasehat Umar bin Khattab
Nasehat Umar bin Khattab

“Seorang mukmin ialah dia yang senang dengan kebaikannya (ibadah) dan gelisah dengan keburukannya (dosa)”.

BARISAN.CO – Nasehat kehidupan adalah panduan bijak yang dapat membimbing seseorang dalam menjalani perjalanan hidupnya. Begitu juga dengan nasehat Umar bin Khattab tentang kehidupan

Melalui nasehat Umar bin Khattab tentang kehidupan, seseorang dapat belajar untuk mengatasi tantangan, menghargai kebahagiaan, dan membangun hubungan yang sehat dengan diri sendiri maupun orang lain.

“Seorang mukmin ialah dia yang senang dengan kebaikannya (ibadah) dan gelisah dengan keburukannya (dosa)”.

Sebuah definisi yang singkat namun mempunyai arti yang sangat dalam dan sangat luas. Seperti menyindir, walau ini dikatakan jauh sebelum ratusan tahun lalu tapi sepertinya cocok untuk kaum muslim zaman sekarang ini. Bagaimana tidak?

Kata-kata Amirul-mukminin itu benar-benar kata yang pas untuk menyentil realita gaya hidup muslim zaman sekarang yang sudah jauh di luar batas-batas norma syariah.

Di zaman yang serba mudah ini, tentu membuat orang semakin gampang untuk melakukan apa saja. Dengan kemajuan media, semua bisa tercapai dengan sangat mudah dan dengan waktu yang secepat mungkin.

Lihat bagaimana mudahnya, hanya dengan sekali klik saja kita sudah bisa menyebarkan informasi ke seluruh belahan dunia manapun. Lalu apa kaitannya dengan definisi muslim yang dijelaskan oleh Sahabat Umar RA? Ya.

Lihat bagaimana sebagian muslim menggunakan segala kemudahan ini? Facebook dan twitter, TikTok maupun YouTube.

Media sosial yang paling digandrungi anak muda ini berhasil membuat ‘aib menjadi santapan publik.

Banyak dari para pemuda muslim yang justru malah ‘doyan’ mengumbar ‘aib dirinya bahkan keluarganya. Dan anehnya ia senang dengan itu semua. Bukankah mengumbar ‘aib suatu keburukan?

Dua media yang seharusnya bisa menjadi jembatan menggapai pahala dengan saling bersilaturahim dan saling mengingatkan, tapi hanya digunakan untuk hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat dan cenderung kepada suatu kemungkaran.

Bangga mempublikasi photo-photo mereka, yang perempuan mengumbar auratnya, dan kaum laki dengan bangga mengupload photo atau videonya yang sedang bergumul dengan kemaksiatan.

Dan mereka bangga dan senang dengan itu semua, aneh bukan?! Sebaliknya mereka malah malu jika harus menuliskan sebuah ayat atau hadits atau nasihat ulama di dinding-dinding mereka, padahal itu suatu kebaikan dan tentu berpahala.

Tetapi mereka lebih senang kalau dinding mereka berisi dengan kata-kata galau keluhan, dan sebagainya.

Atau dengan kata-kata seorang yang mereka sebut dengan ilmuwan dan intelek walaupun kata-kata itu menyalahi syariah.

Kenapa harus malu dan harus takut mengisi dinding dengan nasihat ukhuwah yang agamis. Bukankah itu sebaik-baik perkataan? Yaitu perkataan yang mengajak kepada Allah Swt.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat 33 surat Fushilat. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?

Itu yang di dunia maya, di dunia nyata tidak jauh berbeda. Kebanyakan dari kita lebih suka dengan mereka yang “bad boy”, atau seorang yang breaking rule, bahkan rule agama.

Sudah tidak peduli lagi mana halal dan mana haram, malah menganggapnya bak pahlawan yang dinanti-nanti, memujanya setinggi langit.

Tapi dengan para asatidz kampung yang dengan gigih menyuburkan syariah dan menanam serta menyirami ajaran agama di daerah malah tidak dilirik. Dan bahkan dicurigai sebagai orang radikal.

Masya Allah. Kalau sudah tidak ada lagi kebanggaan, muslim Indonesia akan semakin menjadi seperti “ayam mati di lumbung padi”. Ini kan mengherankan ayam yang sumber utama makanannya itu gabah tapi malah justru mati di kubangan gabah itu sendiri.