Qasidah Burdah adalah sholawat burdah karya Imam Syarafuddin Al-Bushiri yang berisi tentang ungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad Saw
BARISAN.CO – Sholawat burdah atau qasidah burdah merupakan syair puji-pujian kepada Nabi Muhammad Saw. Isi sholawat burdah terdiri dari 10 fasal yang memiliki nilai-nilai seperti pesan spiritual, perjuangan, kecintaan, pesan moral dan nilai edukasi.
Sholawat burdah disusun oleh Imam Syarafuddin Al-Bushiri, ia menanamkan bagaimana hakikat cinta yang sebenarnya kepada Nabi Muhammad. Tidak heran jika qasidah burdah menjadi lantunan yang dibacakan rutin di musala, masjid, pondok pesantren dan bahkan di hajatan masyarakat.
Salah satu fasal dari qasidah di bawah ini, Imam Syarafuddin Al-Bushiri hendak memberikan pelajaran betapa bahayanya hawa nasfu. Berikut ini syair qasidah burdah tentang peringatan bahawa hawa nafsu:
Peringatan bahaya hawa nafsu
مَوْلَايَ صَلِّ وَسَلِّمْ دَائِمًا أَبَدًا عَلىٰ حـَبِيْبِكَ خـَيْرِ الْخَلْقِ كًلِّهِمِ
Ya Tuhanku, limpahkanlah selalu rahmat ta’dhim dan keselamatan atas kekasih-Mu yang terbaik di antara seluruh makhluk.
فَإنَّ أمَّارَتِيْ بِالسُّوْءِ مَا اتَّعَظَتْ مِنْ جَهْلِهَا بِنَذِيْرِ الشَّيْبِ وَالْهَـرَمِ
Sungguh hawa nafsuku tetap bebal tak tersadarkan. Sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaan.
وَلَا أَعَدَّتْ مِنَ الْفِعْلِ الْجَمِيْلِ قِرٰى ضَيْفِِ أَلَمَّ بِرَأْسِيْ غَيْرَ مُحْتَشَمِ
Nafsuku itu tidak pula mempersiapkan diri dengan amal baik untuk menjamu tamu yang bersemayam di kepalaku tanpa rasa malu.
لَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ أَنِّيْ مَا أُوَقِرُهٗ كَتَمْتُ سِرًّا بَدَا لِيْ مِنْه ُبِالْكَتَمِ
Jika saja aku tahu ku tak menghormati uban yang bertamu. Kan kusembunyikan dengan semir rahasia ketuaanku itu.
مَنْ لِّيْ بِردِّ جِمَاحٍ مِّنْ غَوَايَتِهَا ِكَمَا يُرَدُّ جِمَاحُ الْخَيْلِ بِاللُّجُم
Siapakah yang dapat mengembalikan nafsuku dari kesesatan? Sebagaimana kuda liar dikendalikan dengan tali kekang.
فَلاَ تَرُمْ بِالْمَعَاصِيْ كَسْرَ شَهْوَتِهَا إِنَّ الطَّعَامَ يُقَوِّيْ شَهْوَةََ النَّهِمِ
Jangan kau patahkan nafsumu dengan maksiat. Sebab makanan justru memperkuat nafsu si rakus pelahap.
وَالنَّفْسُ كَالطِّفْلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلٰى حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ
Nafsu bagai bayi, bila kau biarkan ia akan tetap menyusu. Namun apabila engkau sapih, maka ia akan tinggalkan kebiasaan menyusu itu.
فَاصْرَفْ هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوَلِّيَهٗ إِنَّ الْهَوٰى مَا تَوَلّٰى يُصْمِ أَوْ يَصِمِ
Maka jauhkan nafsumu dari kenikmatan syahwati. Jangan biarkan ia berkuasa. Karena jika ia berkuasa ia akan membunuhmu atau paling tidak ia akan mencercamu.
وَرَاعِهَا وَهْيَ فِى اْلأَعْمَالِ سَائِمَةٌ وَإِنْ هَيَ اسْتَحْلَتِ الْمَرْعٰى فَلَا تُسِمِ