Barisan.co – Penceramah kenamaan tanah air, Syekh Ali Jaber dikabarkan ditikam orang tidak dikenal saat sedang mengisi kajian di Masjid Falahuddin, Tamin, Tanjungkarang Pusat, Bandarlampung, Minggu (13/9/2020).
Dari kronologis dan video yang diterima wartawan, Syeh Ali saat kejadian sedang mengisi kajian Minggu dan Wisuda Tahfiz Quran. Seorang pria berbadan kurus berbaju biru tiba-tiba naik ke atas panggung yang seketika itu juga langsung menghempaskan senjata tajam ke arah perut Syekh Ali.
Ulama asal Madinah, Arab Saudi yang sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) itu sempat menghindarinya. Namun tusukan itu tetap mengenai salah satu tangannya.
Panitia pun langsung menolong Syekh Ali dan mengamankan pelaku penusukan. Akibat kejadian tersebut, Syeh Ali mengalami luka di bagian lengan kaanannya dan langsung dilarikan ke Puskesmas terdekat.
Kapolsek Tanjungkarang Barat (TkB) AKP David Jacson membenarkan kabar adanya peristiwa penusukan tersebut.
“Benar ada laporannya. Pelaku juga sudah diamankan, masih kita cari tau. Nanti saya kabari lagi,” katanya dilansir dari radarlampung.co.id Ahad (13/9/2020).
Semoga Syekh Ali Jaber segera pulih dan pelakunya mendapatkan hukuman setimpal, dan tidak dikategorikan orang dengan gangguan jiwa sehingga dapat diproses secara hukum. Karena sesuai ketentuan pasal 44 KUHP, orang yang cacat jiwanya karena pertumbuhan atau penyakit tidak dapat dipidana.
Profil Singkat Syekh Ali Jaber
Syekh Ali lahir di Madinah dengan nama Ali Saleh Muhammad Ali Jaber. Ali Jaber menempuh Pendidikan formal dan nonformal, masuk Madrasah Ibtidaiyah hingga Madrasah Aliyah lalu kemudian melanjutkan mulazamah (melazimi) pelajaran-pelajaran Al-Qur’an di Masjid Nabawi, Madinah.
Ali Jaber punya 9 saudara yang semuanya laki-laki. Lahir di keluarga yang sangat agamis membuat ia menekuni ilmu agama dari kecil. Ayah Syekh Ali sangat disiplin untuk mengajarkan ia dan saudara-saudaranya perihal salat dan membaca Al-quran. Tak segan Syekh Ali kecil dipukul saat tidak melaksanakan salat fardhu.
Besar dalam didikan yang religius tak mengherankan jika kemudian Syekh Ali jatuh cinta dengan ilmu pengetahuan tentang Islam dan Al-quran. Di usianya yang masih sangat belia, 11 tahun, ia sudah mengkhatamkan hafalan Al-quran 30 juz.
Tak hanya di negeri sendiri, Syekh Ali juga melebarkan sayap dakwahnya ke Indonesia pada tahun 2008. Di tahun yang sama ia menikah dengan seorang gadis asal Lombok bernama Umi Nadia, yang sudah lama tinggal di Madinah. Di Lombok awalnya Syekh Ali menjadi Imam Besar dan Khatib di Masjid Agung Al- Muttaqin dan guru tahfidz di Islamic Centre masjid yang sama.
Setelah Lombok, kota yang dikunjungi sang syekh adalah Ibukota Jakarta. Setelah salat magrib di Masjid Sunda Kelapa, Syekh Ali diminta mengimami salat tarawih. Sejak saat itulah Syekh Ali mendapat kepercayaan dan tempat berdakwah yang baru. []