Menurunnya jumlah kendaraan di jalan pada tahun 2021 di Amerika Serikat membuat berkurangnya kemacetan yang dapat menghemat uang sekitar US$810.
BARISAN.CO – Nuseir Yassin atau yang lebih dikenal sebagai Nas Daily belum lama ini mengunggah video pendek di Facebooknya tentang freedom of movement (kebebasan bergerak). Singkatnya, selama ini, Nas selalu tinggal di dekat rumah sakit karena khawatir jika sewaktu-waktu jatuh sakit dan ambulans yang membawanya terjebak kemacetan. Sehingga, bisa jadi, dia tidak tertolong.
“Saya tidak memiliki masalah jantung. Saya tidak mengindap kanker. Tapi saya punya ketakutan dengan kemacetan,” kata Nas.
Menurutnya, mengejutkan bahwa tidak ada orang yang membicarakan ini.
“Kita bicara tentang kebebasan berpendapat. Kita bicara tentang kebebasan bersenjata dan pertahanan. Dan, tidak ada yang bicara tentang kebebasan bergerak,” tambahnya.
Menariknya, data INRIX Global Traffic Rankings menunjukkan, menurunnya jumlah kendaraan di jalan pada tahun 2021 di Amerika Serikat, dapat menghemat uang pengendara karena tidak adanya kemacetan.
Pada tahun 2019, pengendara menghabiskan sekitar US$1,374 sedangkan di tahun 2021 hanya US$564. Itu berarti setiap pengendara menghemat US$810. Selain itu, di New York, pada tahun 2021, rata-rata orang menghemat waktu sekitar 38 jam.
Seperti kita tahu, waktu adalah uang dan data tersebut menunjukkan, dengan berkurangnya waktu yang kita habiskan di jalan karena kemacetan, bisa menghemat banyak uang.
Data INRIX juga mengungkapkan, Surabaya kota paling macet di Indonesia dan berada di urutan 41 di dunia. Rata-rata pengendara di Surabaya kehilangan 62 jam per tahun karena terjebak macet.
Sedangkan Jakarta berada di urutan kedua sebagai kota termacet di Indonesia dan urutan 222 di dunia. Rata-rata komuter di Jakarta kehilangan 28 jam per tahun. Mengejutkannya, di tahun 2021, masyarakat yang lalu-lalang di Jakarta bisa menghemat 112 jam sedangkan di Surabaya hanya 26 jam.
“Kebebasan mendorong kemajuan manusia.” Ford Motor Company
Beberapa laporan memperkirakan, di tahun 2025, lebih dari setengah populasi dunia akan tinggal di kota-kota besar berpenduduk 10 juta atau lebih. Namun, melihat pertumbuhan penduduk terkait kendaraan, masalah menjadi lebih jelas.
Saat ini, ada sekitar satu miliar kendaraan di jalan di dunia, namun angka itu akan mungkin berlipat ganda pada tahun 2050. Ini akan menciptakan kemacetan global dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Bagi Ford Motor Company saat ini, mobil pintar tidak cukup, namun perlu untuk membangun sistem jalan, parkir, dan transportasi publik yang cerdas juga. Menurut Bill Ford, untuk menjaga lalu lintas tetap bergerak, diperlukan jaringan transportasi yang terintegrasi dengan data real time untuk mengoptimalisasi mobilitas pribadi dalam skala masif.