Scroll untuk baca artikel
Blog

Tapal Batas Ng-ISIS di Surabaya

Redaksi
×

Tapal Batas Ng-ISIS di Surabaya

Sebarkan artikel ini

Menurut Sri Pramono, Koordinator Tapal Batas Art Community, keanggotaan kelompok ini bersifat majemuk yang mengedepankan perjuangan kolektif dan semangat kebersamaan. Lima belas orang perupa yang menjadi anggota Tapal Batas Art Community ini berasal dari alumnus berbagai kampus di Yogykarta dengan latar belakang kemahiran melukis secara otodidak dan akademik. Tentu beragam pula gaya atau aliran karya masing-masing seniman, selain keragaman usia, suku, agama, dan intensitas berpameran.

pameran seni rupa ngisis

NgISIS di Surabaya.

Dalam kata pengantar e-cataloq “ng-ISIS Blues”, Jajang R. Kawentar menjelaskan bahwa “ngisis” berasal dari bahasa Jawa. Kata dasar “ngisis” adalah “isis” yang berarti semilir sejuk; tempat yang sejuk. “Ngisis” berarti mencari tempat yang sejuk. Di sisi lain, ISIS adalah akronim dari Islamic State of Iraq and Syiria yang kini mengusai sejumlah wilayah di Iraq dan Syiria.

ISIS memperjuangkan berdirinya negara Islam, tetapi menoleransi kekerasan dan mengafirkan pihak di luar mereka. Padahal, Islam adalah agama yang mengajarkan damai dan kemanusiaan. Pameran Tapal Batas Art Community ini sesungguhnya sedang mengambil celah “permainan bahasa” (language games) dengan kontra referensi. Bila mendengar kata “ISIS” atau “ng-ISIS”, maka rujukan memori orang kebanyakan pada perang, kekerasan, atau teror. Pameran seni rupa “Ng-ISIS Blues” mengubah sebaliknya.

“Ng-ISIS Blues” dalam pameran ini berarti menikmati seni lukis. Penonton bukan hanya diajak memasuki ruang sejuk galeri, tetapi juga dialog sejuk pengalaman batin pelukis melalui lukisannya. Tidak semua lukisan yang dipajang mengeksplorasi warna biru. Blues dalam konteks ini lebih menawarkan ruang bebas memori tentang kesejukan dan kelembutan.

Permainan bahasa, multireferensi, multigagas kata, atau multirasa soal dinginnya hawa musim hujan yang berbeda dengan dingin AC ruang galeri. Bahkan, permaian multirasa soal “blues” dan “ngisis” dari tetesan air hujan di jalan dengan air kran di toilet.

Itulah “blues”, itulah “ngisis” yang ditawarkan oleh 12 seniman seni rupa Tapal Batas Art Community. Bila di Yokyakarta mereka mungkin sudah bosan pada banyaknya tempat “ngisis”, maka “ngisis” di Surabaya rasa “blues”-nya tentu berbeda. Karena “Ng-ISIS Blues” bukan soal perang atau teror dan agama, maka poinnya pada ragam permainan dan asosiasi damai sebagaimana multirasa, multirupa, dan multimakna yang dimainkan oleh setiap pelukis dalam pameran lukisannya masing-masing. [Luk]