Scroll untuk baca artikel
Blog

Tarian Malaikat

Redaksi
×

Tarian Malaikat

Sebarkan artikel ini

DI DESA yang terpencil, namun kini sudah memiliki nama besar karena ketenaran sang maestro yang merambah dunia politik dan ekonomi. Namun bukan lagi desa, sudah berganti nama menjadi kota yang berpendidikan, kota yang memberikan kesejukan dalam berpikir. Kota yang akan mengantar manusia-manusia bodoh menjadi pintar. Kota yang akan mengantar seseorang meraih cita-citanya.

 Terlihat seorang anak muda termenung sendiri di teras masjid. Dilihat dari postur tubuhnya memang kecil, namun wajahnya begitu bercahaya. Mungkin karena air wudhu telah membasahi mukanya dan kemilau cahaya surga bersemayam pada kerelaan untuk sujud di hadapan sang maha kuasa.

Begitu mempesona, jikalau ada seorang wanita melihatnya maka ia akan terpana memandangnya dan tak akan berdaya akan ketampanannya. Meski tubuhnya kecil tapi kecerdasannya juga sebanding dengan ketampanannya.

Ia hanya satu dari laki-laki yang ingin meraih kebahagiaan dari seribu kenikmatan dunia. Namun terlihat dia hanya diam seribu bahasa, bahkan ia memandang langit dan bercengkerama dengan sang awan biru. Sesekali tengok kanan kiri, meratapi semua keluh kesah dunia. Apa yang ada dibenaknya belum terjawab.

Ia tatap air yang mengalir dari kran di tempat perwudhuan, airnya begitu jernih. Kejernihan melebihi air yang telah banyak menghanyutkan rumah-rumah di sekitar daerah aliran banjir. Sepertinya jika air banjir berwarna kecoklatan, karena ia membawa lumpur. Di tempat perwudhuan ini air itu menghangatkan dan bahkan mensejukan. Begitu pula air yang membuat orang rela mengeluarkan satu rupiah hanya untuk seteguk minuman.

”Inilah kehidupan ada dua sisi yang berbeda dan semuanya itu ada tanda-tanda bagi mereka yang mau berfikir,” mulutnya mengeluarkan isyarat.

 Langitpun juga begitu jika tidak mendung, awan akan berwarna biru keputih-putihan. Jika mendung datang akan menjadi hitam kegelapan. Baik buruk juga terjadi hubungan timbal balik. Inilah kehidupan ada dua sisi yang selalu bersandingan.

Namun desa kecil ini, kini telah menjadi ramai. Namun sekarang sudah kembali sepi  “ada apa di balik kisah taman yang mengajarkan kedewasaan berfikir ini.”

Kota ini adalah kota yang memiliki nilai peradaban tinggi.

“Pesantren dan sekolah telah merubah nasibnya, dulu banyak yang giat untuk mencari ilmu pengetahuan dibidang skill dan agama.”

Desa ini telah menjadi kota yang berwibawa dengan tingkat perkembangan barang dan jasa.

“Pesantren dan sekolah memikul beban berat karena dunia pendidikan semakin banyak tuntutan, bagaimana nasibnya besok. Jika para pembesarmu terlena dengan kehidupan yang tidak nyata.”