Andhika melanjutkan, salah satunya dengan mengajak anak bermain permainan edukatif agar mereka dapat terlibat berbicara dan aktif dalam kegiatan itu.
“Kita mengajak mereka mengenal budaya negarawan Indonesia. Ice breaking yang memang bisa mengajak anak-anak ini bergembira dan senang lagi seperti sedia kala,” lanjutnya.
Dia menuturkan, banyak orang tua dan anak-anak yang merasa antusias dengan kehadiran mereka, yang akhirnya membuat relawan TTJ menjadi lebih bersemangat.
“Relawan yang turun itu kurang lebih 18 orang. Kita naik dua mobil, nyampe di sana Jumat jam 12 malam, dan ada juga yang nyusul dengan motor pas hari Sabtu,” tuturnya.
Selain, psikososial, relawan TTJ juga mengadakan pelayanan kesehatan. Kegiatan itu dilakukan oleh relawan yang memang memiliki kompetensi di bidang tersebut.
“Kita juga menyalurkan obat-obatan yang dibutuhkan,” ujarnya.
Saat terjun ke lapangan, relawan TTJ menemukan, wilayah yang didatangi mengalami kekurangan akses air bersih. Bahkan, ada beberapa warga dan anak yang akhirnya memiliki penyakit kulit.
Bukan itu saja, Andhika mengungkapkan, toilet di rumah warga juga sangat kotor.
“Beberapa anak gatal-gatal kulitnya dan mukanya yang setengah merah dan setengah normal, jadi bintik-bintik kayak bruntusan. Warga kalau mencuci, membuang air kecil, rata-rata mengambil dari empang yang airnya keruh dan kemudian memang sudah sedikit artinya benar-benar krisis air bersih,” ungkapnya.
Terlepas dari dua kegiatan tersebut, relawan TTJ juga mengadakan edukasi mitigasi bencana.
“Kita fokus terhadap tas siaga bencana, jadi saat atau setelah bencana, warga tahu bagaimana bertahan hidup karena sudah punya tas ini yang sudah disediakan sebelumnya. Sehingga, mereka lebih siap,” pungkasnya.