Scroll untuk baca artikel
religi

Kamu yang Mana? Tiga Golongan Manusia Menurut Ali bin Abi Thalib

×

Kamu yang Mana? Tiga Golongan Manusia Menurut Ali bin Abi Thalib

Sebarkan artikel ini
tiga golongan manusia
Ilustrasi foto/barisan.co

Tiga golongan manusia menurut Ali bin Abi Thalib yakni golongan rabbani, penuntut ilmu dan orang awam. Sedangkan golongan yang ketiga jumlahnya paling banyak.

BARISAN.CO – Setiap hari kita selalu berusaha berbuat kebenaran dengan beribadah dan segala macamnya dengan tujuan agar kita bisa selalu meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah. Lantas sejauh mana tingkat ketakwaan kita kepada Allah Swt.

Tiga Golongan Manusia: Golongan Awam Terbanyak

Menurut Ali bin Abi Thalib Ra ada tiga golongan manusia dalam beribadah untuk mencapai derajat takwa. Berikut ini golongan manusia menurut Ali bin Abi Thalib:

  1. Alim Rabbani (ulama)
    Ini adalah golongan pertama dan tertinggi tingkatannya, yaitu golongan alim rabbani, mereka adalah para ulama yang mengamalkan ilmunya, dan mengajarkannya kepada orang lain secara bertahap.

Mengamalkan ilmu dengan berbagai tingkatan, mulai dari tingkat yang paling rendah, kemudian ilmu yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Seorang yang alim tidak mengamalkan ilmunya tidak dinamakan rabbani meskipun ia ajarkan ilmunya kepada orang lain. Dan seorang alim yang mengamalkan ilmunya apabila tidak diajarkan kepada orang lain juga tidak dinamakan rabbani.

  1. Penuntut Ilmu
    Golongan kedua adalah golongan para penuntut ilmu, yang mereka sedang menempuh jalan keselamatan.

Bagi para penuntut ilmu agama yang memiliki niat yang benar dan mengamalkan dialah yang dimaksud oleh Amirul Mukminin Ra.

Jadilah seperti bunga yang memberikan keharuman bahkan kepada tangan yang telah merusaknyaAli bin Abi Thalib

  1. Orang Awam
    “Dan orang awam yang mengikuti setiap orang yang berteriak (seruan-red), mereka condong sesuai dengan arah angin (kemanapun diarahkan), tidak menerangi diri dengan cahaya ilmu, dan tidak berpegangan dengan pegangan yang kuat.”

Ini adalah golongan ketiga, yaitu golongan orang awam, mereka bukan orang alim, atau orang yang berusaha untuk menjadi orang alim..

Keadaan mereka seperti yang beliau sifatkan, hamajun ri’aa (orang dungu), mengikuti setiap orang yang berteriak. Artinya setiap ada yang datang mengajak kepada sesuatu maka dia mengikutinya, tidak mempertimbangkan baik buruknya dan benar salahnya.

Setelah menyebutkan keadaan golongan ketiga, beliau menyebutkan dua sebab kenapa mereka menjadi demikian?

Pertama, karena tidak berusaha menyinari hatinya dengan cahaya ilmu, malah menyukai kejahilan atau asyik dengan kebodohannya. Akibatnya menjadi orang yang tidak memiliki pendirian.

Berbeda dengan orang yang memiliki ilmu, dimana ia berjalan bersamanya ilmu yang ia miliki. Allah Swt berfirman:

أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَٰهُ وَجَعَلْنَا لَهُۥ نُورًا يَمْشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَٰفِرِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Apakah orang yang dulunya mati (hatinya) kemudian Kami hidupkan, dan Kami berikan kepadanya cahaya (ilmu dan hidayah) yang dia berjalan dengan cahaya tersebut ditengah-tengah manusia, apakah sama dia dengan orang yang berada di dalam kegelapan-kegelapan (kesesatan) yang dia tidak bisa keluar darinya.” (QS. Al-An’am: 122)

Kedua, karena tidak mau bertanya kepada orang berilmu, sehingga tersesat karena dirinya sendiri. Mereka tidak memiliki pegangan kuat karena selalu terombang-ambing dan tidak berpendirian.

Golongan ketiga, meski jumlahnya paling banyak, mereka adalah golongan yang paling rendah derajatnya disisi Allah.

Bahkan kalau diperhatikan, tidaklah terjadi fitnah dan kekacauan di sebuah negeri kecuali berasal dari golongan yang ketiga ini.

Pembagian manusia menjadi tiga golongan tersebut, terdapat dorongan dan anjuran bagi kaum muslimin untuk menuntut ilmu agama yang benar. Dan mengingatkan mereka supaya jangan menjadi orang yang jahil terhadap agama, sehingga mudah terpengaruh dengan kesesatan. []