Scroll untuk baca artikel
Blog

Tingkat Kepemilikan Senjata Api Tinggi, Namun Tak Ada Lagi Penembakan Massal di Swiss

Redaksi
×

Tingkat Kepemilikan Senjata Api Tinggi, Namun Tak Ada Lagi Penembakan Massal di Swiss

Sebarkan artikel ini

Meski, warga sipil memiliki tingkat kepemilikan senjata api yang tinggi, di Swiss sejak tahun 2001, tidak ada lagi kasus penembakan massal di Swiss.

BARISAN.CO – Kasus penembakan massal di Amerika Serikat menarik perhatian dunia. Terlebih, kasus yang belum lama ini terjadi di sekolah dasar (SD) Texas, sekitar 14 anak tewas dalam kejadian.

AS berada di posisi teratas dengan kasus penembakan di sekolah terbanyak di dunia. Motivasinya beragam, seperti depresi, balas dendam, dan intimidasi. Kasus pembantaian di Virginia Tech tahun 2007 menjadi penembakan di sekolah dengan korban terbanyak. Saat itu, 33 orang tewas dan 17 lainnya luka-luka.

Berdasarkan data Statista, jumlah penembakan massal sepanjang tahun ini berjumlah 4 kasus. Sedangkan tahun 2021, terjadi 6 kasus penembakan massal di AS.

Negeri Paman Sam ini juga menjadi negara dengan kepemilikan senjata tertinggi di dunia. World Population Review mengungkapkan, dengan jumlah penduduk sekitar 334.805.269 jiwa, jumlah senjata api yang dimiliki oleh warga sipil di sana sebanyak 393,3 juta.

Swiss juga menjadi salah satu negara dengan jumlah senjata api milik sipil terbanyak di dunia. Dengan jumlah penduduk hampir 9 juta jiwa, senjata api yang dimiliki oleh warganya berjumlah 2,3 juta.

Namun, berbeda dengan AS, di Swiss mengharuskan sebagian besar orang dewasa menyimpan senjatanya di rumah. Terlepas dari prevelansinya, kekerasan senjata jarang terjadi di Swiss daripada sebagian besar negara di Eropa dan Amerika Serikat.

Terakhir kali, penembakan massal terjadi tahun 2001 di Swiss, ketika seorang pria menyerbu parlemen lokal di Zus yang menewarkan 14 orang dan kemudian pelaku menembak dirinya sendiri. Sejak saat itu, tidak ada lagi penembakan massal yang terjadi di Swiss.

Pada tahun 1993, amandemen konstitusi Swiss memberikan wewenang terhadap parlemen untuk mengesahkan UU penyalahgunaan senjata. UU tersebut kemudian mulai berlaku pada 1998. Tujuannya untuk melindungi hak warga negara Swiss memperoleh, memiliki, dan membawanya, termasuk senjata yang di keluarkan oleh militer Swiss.

Ada berbagai syarat yang diharuskan untuk mendapatkan izin kepemilikan senjata di sana. Diantaranya adalah tidak boleh memperoleh dari dealer, dilarang mejual kepada anak di bawah umur, memiliki catatan kriminal, dan tidak diberikan ke orang-orang yang ditentukan pengadilan sebagai orang berbahaya.

Perjanjian Schengen tahun 2008, Swiss membuat konsesi lebih lanjut untuk UU senjatanya. Saat ini, UU Swiss melarang penggunaan senjata otomatis, peredam suara otomatis, peredam suara, pembidik laser, serta senapan mesin berat. Secara keseluruhan, sebagai negara netral dalam hal perang dan konflik, orang di Swiss dilatih menggunakan senata, begitu juga dengan penggunaan, penyimpanan, dan pengangkutan senjata, semuanya sangat diatur.