Berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor informal, yaitu 84,70 juta orang atau 57,80 persen dari total penduduk bekerja.
Sementara pekerja di sektor formal sebanyak 61,84 juta orang (42,20 persen), naik 0,15 persen poin dibanding tahun sebelumnya.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar dengan porsi 28,15 persen, diikuti perdagangan besar dan eceran (18,73 persen), serta industri pengolahan (13,86 persen).
Peningkatan signifikan juga terjadi pada sektor akomodasi dan makan minum yang menambah 0,42 juta tenaga kerja baru, mencerminkan geliat sektor pariwisata dan kuliner nasional.
Rata-Rata Upah Buruh Naik Jadi Rp3,33 Juta
Selain menurunnya tingkat pengangguran terbuka, rata-rata upah buruh Indonesia juga mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil Sakernas, rata-rata upah buruh Agustus 2025 mencapai Rp3,33 juta, naik 1,94 persen dari Rp3,27 juta pada Agustus 2024.
Jika dirinci menurut jenis kelamin, buruh laki-laki menerima rata-rata Rp3,59 juta, sementara buruh perempuan Rp2,86 juta. Perbedaan ini mencerminkan masih adanya kesenjangan upah berdasarkan gender di dunia kerja nasional.
Dari sisi sektor usaha, upah tertinggi terdapat pada lapangan usaha Informasi dan Komunikasi, yakni Rp5,28 juta per bulan, sedangkan upah terendah tercatat pada sektor aktivitas jasa lainnya sebesar Rp1,97 juta.
Sembilan sektor usaha diketahui memiliki upah di atas rata-rata nasional, di antaranya keuangan dan asuransi (Rp5,12 juta), listrik dan gas (Rp5,07 juta), serta pertambangan dan penggalian (Rp4,98 juta)
Jika dilihat dari tingkat pendidikan, buruh berpendidikan Diploma IV/S1/S2/S3 memperoleh rata-rata Rp4,80 juta, atau lebih dari dua kali lipat dibanding buruh berpendidikan SD ke bawah yang hanya Rp2,19 juta. Artinya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar pula potensi penghasilannya.
Meski penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka menjadi sinyal positif bagi perekonomian nasional, sejumlah tantangan masih perlu mendapat perhatian.
Kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan, dominasi sektor informal, serta tingginya pengangguran di kalangan muda dan lulusan menengah menjadi catatan penting bagi pemerintah.
Pemerhati ketenagakerjaan menilai bahwa peningkatan kualitas pendidikan vokasi, pelatihan berbasis industri, dan perluasan akses kerja formal harus menjadi prioritas.
Dengan demikian, penurunan pengangguran dapat berkelanjutan dan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.









