Scroll untuk baca artikel
Kolom

Nusantara

Redaksi
×

Nusantara

Sebarkan artikel ini

KATA nusantara pernah disinggung Muhammad Yamin, kala menulis tentang Majapahit. Tentang sumpah palapa Gajahmada: tidak akan makan buah palapa sebelum menyatukan nusantara.

Mesti dipahami arti nusantara yang terucap Mada, dalam pikiran Jamin, dan yang kini jadi keinginan Jokowi untuk membangun Ibu Kota Nusantara (IKN).

Benarkah nusantara dalam ucapan Mada pada jamannya sudah disatukan. Kecuali sebagian Jawa, Madura dan Bali. Nusantara yang dalam pikiran Jamin, dari Sabang hingga Merauke.

Lalu nusantara sebagai wilayah Indonesia, dengan rencana ibukota baru IKN. Ada negasi, konsep nusantara dalam konteks sosial-politik historis. Bahwa tidak ada lagi keistimewaan Jawa. Misalnya, syarat presiden yang harus orang Jawa.

Bahwa kita nusantara, Indonesia, dari Talaud sampai Pulau Rote.

Ada yang harus diluruskan mengenai cita Mada dalam pikiran Jamin. Tentang pendahsyatan tokoh yang ada dalam sejarah. Hingga disebutkan Mada sebagai titisan dewa.

Hingga nama Gajah Mada viral di eranya. Menjadi nama jalan, nama toko, hingga nama perguruan tinggi.

Pendahsyatan atas penobatan nasionalisme di tangan Jamin. Tentu berbeda di mata Soekarno, hingga Jokowi.

Semoga rencana pembangunan IKN pun bukan pendahsyatan nasionalisme dengan penanda infra struktur istana bagai kahyangan para dewa.***