Scroll untuk baca artikel
Terkini

Tugas Penerus Cak Nur, Kajian Ilmiah Pemikir Alternatif Seperti Rocky Gerung

Redaksi
×

Tugas Penerus Cak Nur, Kajian Ilmiah Pemikir Alternatif Seperti Rocky Gerung

Sebarkan artikel ini

Tugas para generasi penerus Nurcholish Madjid menjabarkan dengan lebih operasional pemikiran-pemikiran Cak Nur. Pemikiran alternatif seperti Rocky Gerung

BARISAN.CO – Pemikiran Nurcholish Madjid selalu berbasiskan etika. Ada nilai demokrasi, etika keterbukaan. Bahkan sila pertama dan kedua Pancasila menurut Nurcholish Madjid adalah pertanda dari kemajuan dan kemunduran peradaban.

Sila Pertama bertema Ketuhanan, dan sila kedua berbicara Kemanusiaan. Kedua sila itu menentukan maju mundurnya Peradaban. Semua terkait dengan sistem etika.

Demikian disampaikan Jimly Asshiddiqie pada Seri Diskusi Peradaban dengan tema Pemikiran Nurcholish Madjid dan Indonesia yang diselenggarakan Universitas Paramadina dan Institut Peradaban, Kamis (2/6/2022).

Jimly Asshiddiqie menyampaikan menurut Nurcholish Madjid hubungan antar umat beragama tidak bisa selalu dalam koridor hukum, karena hukum akan selalu bicara benar atau salah. Tetapi jika berdasarkan etika, maka etika berurusan dengan baik atau buruk. Maka semua agama sebenarnya mengajarkan etika, nilai baik atau buruk.

“Tidak semua agama juga mengajarkan dan bicara hukum. Hanya agama Islam, Yahudi dan Kristen Advent. Dialog Peradaban pun tidak bisa dengan pendekatan hukum benar atau salah,” sambungnya.

Tugas para generasi penerus Nurcholish Madjid, pandangan Jimly adalah menjabarkan dengan lebih operasional pemikiran-pemikiran Cak Nur. Di samping ide-ide pembaharuan pemikiran juga harus terus dikawal.

“Paramadina bisa mengambil prakarsa tersebut, agar Paramadina dapat menjadi simbol pemikiran yang tidak tunduk pada Pasar Bebas Politik atau Ekonomi, atau terjebak pada Pragmatisme Kekuasaan,” ujar Jimly.

Menurut Jimly banyak sekali pemikiran-pemikiran para tokoh nasional yang tidak tersentuh kajian ilmiah. Padahal studi tokoh menjadi kebutuhan Indonesia saat ini.

“Banyak sekali pemikiran-pemikiran alternatif seperti dari Rocky Gerung, Mardigu dan sebagainya. Mereka dinilai memiliki pemikiran-pemikiran menarik dan penting yang menerobos kelaziman-kelaziman berpikir,” imbuhnya.

Pemikiran Islam

Wakil Ketua Yayasan Paramadina, Budhy Munawar Rachman menyampaikan Nurcholish Madjid yang akrab dipanggil Cak Nur punya 3 “milestone” dalam pemikiran Islam’ yakni 1. Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI, 2. Gagasan Sekularisasi, 3. Gagasan Pluluarisme – Islam inklusif.

“Gagasan sekulerisasi dan Pluralisme mendapat reaksi dan kontroversi luarbiasa terutama dari para ulama. Salah satunya dari Prof HM Rasjidi,” sambungnya

Namun dengan berjalannya waktu menurut Budhy, gagasan Cak Nur telah banyak dipahami. Era 90-an Cak Nur bahkan bersedia bedialog di TIM Jakarta dengan lebih percaya diri dihadapan para pengeritiknya. Istilah Sekulerisasi dimoderasi dengan istilah desakralisasi yang lebih dapat diterima.

“Matra pemikiran Cak Nur adalah pada KeIndonesiaan, Kemodernan, KeIslaman. Bisa digali pada dua saja yakni keIslaman kemodernan, keIslaman keIndonesiaan, dan kemodernan keIndonesiaan,” jelasnya.

Pengamat sosial keagamaan, Fachry Ali menyampaikan upaya memaknai Cak Nur harus selalu dilekatkan dengan KH Abdurrahman Wahid. Jendela kedua tokoh tersebut untuk melihat dunia sebetulnya ada pada Masyumi dengan refleksi yang berbeda.

“Namun CN lebih punya akar intelektual relatif dalam, bukan dalam konteks keagamaan tetapi dalam konteks kesadaran intelektual Jong Islamieten Bond (1925). Kaum terdidik Islam yang beberapa di antaranya mendapat pendidikan di sekolah Belanda, dan sikapnya terhadap modernisasi,” terang Fachry.

Menurut Fachry peran Cak Nur dalam konteks Indonesia adalah pertarungan narasi. Cliffor Geertz dalam buku The Politics of meaning menanyakan kenapa demonstrasi begitu massif di Indonesia pada era 60an?