“Perempuan perlu mengetahui bahwa mereka memiliki tempat dan ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika. Dan mereka juga memiliki hak untuk berbagi dalam kemajuan ilmu pengetahuan.” Audrey Azoulay (Direktur Jenderal UNESCO)
BARISAN.CO – Selama bertahun-tahun, kesenjangan gender yang signifikan telah berlangsung di semua tingkat disiplin ilmu, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) di seluruh dunia. Meski, perempuan telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa dalam meningkatkan partisipasi di perguruan tinggi, namun mereka masih kurang terwakili di antara ilmuwan senior di bidang akademis.
Ini dapat dilihat dari Laporan Sains UNESCO 2021, perempuan mendapatkan dana hibah penelitian lebih sedikit dari laki-laki dan cenderung tidak dipromosikan. Dalam laporan itu juga, secara keseluruhan hanya 33 persen perempuan menempati posisi sebagai peneliti dan hanya 12 perempuan anggota akademi sains nasional.
Begitu pun di sektor swasta, perempuan kurang hadir sebagai pemimpin perusahaan dan berperan teknis di industri teknologi. Hanya sekitar 22 persen perempuan yang bekerja di bidang kecerdasan profesional dan 28 persen lulusan teknik. Ketika perempuan menemukan start-up sendiri, mereka hanya menerima 3 persen dari total modal ventura daripada laki-laki.
Kurangnya representasi yang mencolok ini membatasi kemampuan dalam menemukan solusi inklusif dan berkelanjutan untuk masalah modern dan menbangun masyarakat yang lebih baik bagi semua.
Kesetaraan gender selalu menjadi isu penting bagi PBB. Sebab, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan serta anak perempuan akan berkontribusi penting, tidak hanya untuk pembangunan ekonomi dunia, tetapi juga untuk kemajuan di semua tujuan dan target Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Untuk mencapai akses penuh dan setara bagi pemberdayaan perempuan dan anak perempuan berpartisipasi di bidang sains serta mencapai kesetaraan.
Tahun lalu, Generation Equality Forum, Action Coalition on Technology and Inovation meluncurkan penyatuan antara pemerintah, perusahaan sektor swasta, sistem PBB, dan masyarakat sipil untuk membuat komitmen nyata bagi perempuan dan anak perempuan di STEM. Di tahun 2026, Koalisi Aksi berharap adanya proporsi ganda bagi perempuan yang bekerja, berinovasi, dan memastikan perempuan serta anak perempuan berpartisipasi penuh dalam mencari solusi untuk menghadapi masalah terbesar dan paling kompleks dalam kehidupan ini.
Langkah pertama untuk mengubahnya ialah memberi kesempatan lebih banyak bagi perempuan di bidang sains dan untuk berinovasi. Ini menjadi latar belakang, UNESCO dan UN WOMEN berusaha keras memasukkan anak perempuan ke dalam pendidikan sains agar mereka mendapatkan tempat yang layak untuk profesi dan industri ini.
Sejarah, Tema, dan Cara Berpartisipasi
Sains berasal dari keingintahuan universal yang menjadikan manuasia mengajukan pertanyaan umum. Oleh karena itu, untuk membangun ekosistem sains dan teknologi yang lebih inklusif, transformatif, dan akuntabel yang berbas dari diskriminasi serta mempercepat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk mengatasi tantangan yang berdampak, perempuan perlu diikutsertakan didalamnya.
Hari Internasional Perempuan dan Anak Perempuan Internasional dalam Sains mulai dideklarasikan pada Majelis Umum PBB di tanggal 11 Februari 2015 berkat kolaborasi antara UNESCO dan UN-Women bersama lembaga dan masyarakat sipil yang bertujuan mempromosikan perempuan dan anak perempuan dalam sains.
Menyadari peran perempuan dan anak perempuan dalam ilmu pengetahuan tidak hanya sebagai penerima manfaat, namun juga sebagai agen perubahan termasuk dalam rangka percepatan pencapaian SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi), Sidang Hari Internasional Perempuan dan Anak Perempuan dalam Sains ke-7 ini akan berfokus pada tema “Kesetaraan, Keanekaragaman, dan Inklusi: Air Menyatukan Kita”.